Pasutri Tua Tempati Gubuk Reot, Tidak Pernah Dapat Bantuan Pemerintah - Bima News

Selasa, 26 Mei 2020

Pasutri Tua Tempati Gubuk Reot, Tidak Pernah Dapat Bantuan Pemerintah


Gubuk ukuran 3x3 meter, di
pinggir Dusun Punti, Desa Punti, Kecamatan Soromandi. Di situlah pasangan suami
isteri Yusuf dan Siti Hajar menghabiskan hari-hari tua mereka. Gubuk itu
sebenarnya lebih layak untuk kandang ayam,  bukan untuk manusia.





----------------------





Kunjungan ke gubuk milik Yusuf, 70 tahun dan isterinya Siti Hajar, awalnya secara kebetulan. Saat silaturrahim dengan keluarga di Dusun Punti, Kepala SMAN 1 Soromandi, Rifial Akbar mengajak serta ke rumah Pasutri tersebut untuk menyerahkan bantuan.





Meski Rifial Akbar merupakan
warga asli Dusun Punti, sama sekali tidak tahu ada warga setempat yang tinggal
di gubuk reot. Dia mengetahuinya  ketika
ada yang membagikan foto rumah Pasutri tersebut  di social media.





Gubuk yang ditempati Yusuf
dan isterinya berjarak sekitar 100 meter dari jalan lintas Bajo-Punti, sebelah
timur SD Inpres Punti. Posisinya paling pinggir.





Gubuk ukuran  sekitar 3x3 meter itu kondisinya memprihatinkan.
Kendati tiang penyangga masih kokoh. Namun bagian belakang gubuk  yang ditutupi dengan terpal yang sudah sobek
karena lapuk,  sehingga terbuka.





Kecuali dinding bagian
depan yang terlihat masih utuh, dipasangi tripleks yang disambung-sambung.
Sementara bagian dalam gubuk hanya terlihat kasur yang sudah kumal, dapur yang
dibuat dari tanah bersama piring dan periuk. Sementara lantai rumah dari bambu dan
kayu bulat yang posisinya  banyak yang
lapuk.





Yusuf mengaku sudah
belasan tahun tinggal di gubuk itu. Sebelumnya, mereka menempati rumah panggung
sembilan tiang. Karena atap rumah rusak dan tidak ada biaya untuk
memperbaikinya. Sehingga terpaksa membangun gubuk untuk ditempati.





Praktis sudah belasan
tahun dia dan isterinya tinggal di gubuk itu. Namun, kondisi mereka seperti itu
tampaknya luput dari perhatian pemerintah desa maupun kecamatan setempat.





Selama ini kata bapak empat
anak ini, tidak ada bantuan apapun yang mereka terima. Apalagi bantuan bedah
rumah. Kecuali tahun ini kata Yusuf, itupun hanya dapat bantuan dari program
Bima Ramah, berupa paket Sembako senilai Rp 200 ribu.





Padahal secara kasat mata,
Yusuf dan isterinya sangat layak untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Tidak hanya karena mereka menempati gubuk reot, usia keduanya sudah tua dan
tidak memiliki penghasilan tetap. Untuk hidup dan kebutuhan sehari-hari hanya
mengandalkan hasil jagung yang ditanam sekali tahun.





Untuk tahun ini, hasil
jagung mereka sangat kecil. Selain karena hama, harga jualnyapun anjlok dibanding
tahun-tahun sebelumnya. Tentu saja, untuk melewati waktu satu tahun, agar bisa
tanam jagung lagi, berat bagi mereka.





Usia Yusuf yang sudah 70
an tahun, tentu saja tidak mungkin lagi mencari pekerjaan tambahan lain, agar
dapurnya tetap mengepul. Yusuf  tampaknya
harus berjuang sendiri untuk kelanjutan hidup mereka ke depan.





Mereka juga tidak bisa
berharap banyak dari empat orang anak yang kini sudah berkeluarga. Kondisi ekonomi
mereka juga pas-pasan, hanya cukup untuk kebutuhan masing-masing.  





Saat isteri Rifial Akbar
menyerahkan bantuan. Isteri Yusuf, Siti Hajar tidak kuasa menahan tangis.
Selain terharu karena mendapat bantuan, dia juga mengaku senang dikunjungi
Rifial Akbar yang ternyata masih ada hubungan keluarga.





Karena kondisi kehidupan
Yusuf dan isterinya jauh dari kata layak, Rifial mengaku, akan menggalang
bantuan untuk bisa membangun ulang rumah Yusuf yang lebih layak.





‘’InsyaAllah, kita akan upayakan
bangun ulang rumah Yusuf dan isterinya. Supaya mereka bisa menghabiskan masa
tua di rumah yang layak,’’ kata pria yang akrab disapa Pian ini. (Indra
Gunawan)


Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda