Korfas BSPS Kabupaten Bima Diduga Nyambi Jadi Supplier Material - Bima News

Senin, 03 Oktober 2022

Korfas BSPS Kabupaten Bima Diduga Nyambi Jadi Supplier Material

Sarifudin
Sarifudin, warga Kecamatan Belo  sebagai salah seorang yang menerima bantuan program BSPS  saat berdiri di depan rumahnya di RT 05, Desa Ngali, Senin (3/10)
 

bimanews.id, Bima-Koordinator Fasilitator (Korfas) Kabupaten Bima program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) inisial Ashadin diduga nyambi sebagai penyuplai material ke penerima bantuan.

Dugaan keterlibatan Ashadin sebagai supplier bahan bangunan itu terungkap dari pengakuan seorang warga penerima bantuan Sarifudin.  Didampingi istrinya Aminah mengaku, material bangunan  diambil dari toko LB milik ibu Oti, depan Masjid Desa Rasabou, Kecamatan Woha.

Diketahui, LB adalah sekolah Luar Biasa (LB) milik H. Haerudin, di Dusun Anggrek,  Desa Rasabou, Kecamatan Woha.  H. Haerudin adalah ayah  dari Ashadin, Korfas BSPS Kabupaten Bima.

Hasil penelusuran wartawan, LB tidak memiliki toko bangunan dengan aktivitas menjual bahan bangunan. Hanya saja, di bagian belakang,  ada gudang  berisi semua jenis bahan bangunan.

Aminah mengaku, dia dan penerima bantuan lain diarahkan ke toko tersebut untuk membeli semua jenis bahan bangunan yang dibutuhkan.

"Katanya,  toko tersebut bekerjasama dengan pemerintah dan semua kelompok yang menerima bantuan," aku warga Desa Ngali  ini.

Suatu hari kata Aminah, pernah mendatangi toko dimaksud untuk komplain soal harga, karena lebih tinggi dibanding  toko lain. "Saat itu ibu Oti sampaikan,  setiap item barang naik Rp 10 ribu sebagai keuntungan. Misalnya harga besi 10  mm di toko lain Rp 80 ribu, kita beli di toko ibu Oti Rp 90 ribu," bandingnya.

Untuk uang ongkos tukang Rp 2,5 juta, baik Sarifudin maupun Mukrim mengaku,  belum mereka terima.

Material yang telah diterima Sarifudin, berupa semen 15 sak, batu 1 truk, pasir 1 truk, kawat 10 mm sebanyak 10 batang, seng 20 lembar, kayu usuk 11 ikat, kayu reng 3 ikat, kareta dorong 1 buah, keramik 6 kotak, plitur 5 botol,  tiner 1 botol dan  bata sebanyak  2 ribu biji.

Selain soal harga material yang lebih tinggi dibanding took lain, Sarifudin dan Aminah juga  memprotes harga pasir yang didrop ibu Oti.

"Dalam nota terulis  harga pasir Rp 1, 9 juta  untuk satu truk. Sedangkan harga pasir jenis yang sama biasa dibeli warga setempat hanya Rp 1,6 juta. Ada selisih harga Rp 300 ribu," protesnya.

Sementara Mukrim, warga Desa Ngali penerima bantuan program BSPS mengaku, hingga kini belum menerima bahan material. Padahal dia telah didata sejak beberapa bulan lalu.

"Sekitar bulan Juli lalu, ada petugas namanya ibu Tirta datang mendata material apa saja yang dibutuhkan,"  sebut Mukrim ditemui di kediamannya.

Kepada Ibu Tirta, Mukrim mengaku, telah memberikan catatan kebutuhan material untuk memperbaiki rumah panggungnya.

"Sampai sekarang belum ada droping bahan yang saya butuhkan. Kalau warga lain sudah dapat. Malah ada  yang sedang selesaikan pekerjaan," tutur Ketua RT 05, Desa Ngali Kecamatan Belo ini.

Material yang dibutuhkan  sebut Mukrim, kayu tiang ukuran 8x10 cm sebanyak 9 batang, kayu ukuran 5x10 cm panjang 8 meter sebanyak 6 batang, triplek setebal 15 mili meter sebanyak 20 lembar, kayu ukuran 5x10 cm pajang 6 meter sebanyak 40 batang, seng 80 lembar dan paku seng sebanyak 1 kg.

Sebelumnya, kata Mukrim, Tirta pernah menyampaikan total nilai bantuan untuk program BSPS Rp  20 juta. Dari angka tersebut, Rp  17,5  juta untuk pembelian material dan Rp 2,5  juta untuk ongkos tukang.

Namun,  tidak pernah dijelaskan, took tempat beli bahan dimaksud maupun soal harga per item material yang dibutuhkan.

"Kita hanya dikasi tau bahan (material) apa saja yang dibutuhkan, supaya didrop oleh toko di Tente.  Saya berikan catatan, sampai sekarang belum dibawa," keluhnya.

Korfas BSPS Kabupaten Bima, Ashadin yang dikonfirmasi via pesan WhatsApp mengaku, program BSPS telah dilaksanakan sesuai dengan tahapan. "Droping material sudah melalui tahapan survey oleh penerima," katanya dihubungi, Senin (3/10).

Ashadin tidak menjelaskan soal dugaan nyambi bisnis material, hingga soal selisih harga Rp 10 ribu per item material. "Sebaiknya kita bertemu bang," kilahnya.

Program BSPS di Kabupaten Bima tersebar pada lima kecamatan.  Kecamatan Lambitu, di Desa Kuta sebanyak 20 unit, Desa Londu 28 unit dan Desa Teta 15 unit.

Kecamatan Langgudu, yakni di Desa Kalodu sebanyak 15 unit, Desa Kangga 24 unit, Desa Sambane 22 unit dan Desa Waduruka sebanyak 19 unit. Kecamatan Wera, di Desa Nanga Wera 15 unit dan Desa Tawali 36 unit.

Kecamatan Belo, di Desa Ncera 17 unit, Desa Ngali 22 unit dan Desa Soki 27 unit. Kemudian Donggo,  yakni di Desa Mbawa 44 unit, Desa Doridungga 62 unit, Desa Ndano Na'e 18 unit, Desa O'o 34 unit dan Desa Palama 23 unit. (fir)

 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda