Warga BPNT Terima Apel Busuk, Dinsos Ngaku Sudah Diganti - Bima News

Selasa, 16 Agustus 2022

Warga BPNT Terima Apel Busuk, Dinsos Ngaku Sudah Diganti

BPNT
Ilustrasi

bimanews.id, Bima-Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bima mengaku, telah mengganti buah apel busuk diterima Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Desa Timu Kecamatan Bolo.

 

"Barang yang rusak itu sudah diantar dan diganti," aku Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial dan Penanganan Fakir Miskin Dinas Sosial Kabupaten Bima, Deny Kusumayadi ditemui, Selasa (16/8).

 

Buah apel diterima KPM Desa Timu katanya, bukan busuk, tetapi rusak. Telah diganti dengan yang baru. "Barang yang diserahkan ke KPM itu kan datangnya paketan dari penyalur. KPM mengambil berdasarkan paket itu," terangnya.

 

Buah apel yang ditengarai busuk itu duganya, rusak dalam paket. "Kita sudah konfirmasi pada pendamping sosial di Desa Timu. Diakui, buah rusak diterima KPM sebelumnya telah diganti dengan yang segar," katanya.

 

Karena di agen BRIlink, tersedia barang cadangan. Ketika ada komplain dari warga penerima manfaat bisa diganti atau ditukar. Karena barang yang didrop ke KPM harus terjamin kualitas maupun kuantitasnya.

‘’Karena KPM itu membeli," tuturnya.

 

Sesuai Juknis BPNT jelaskan, setiap KPM menerima alokasi anggaran BPNT Rp 200 ribu per bulan. Uang tidak diterima KPM  secara tunai, tetapi  dalam bentuk barang.

 

KPM memegang kartu identitas yang diterbitkan oleh bank penyalur, sebagai bukti penerima yang sah. "Dengan kartu itu KPM menukar ke agen BRIlink yang sudah direkomendasikan,’’ terangnya.

 

Terkait telur hanya diterima 1 krat tambah 10 butir untuk jatah dua bulan? Jumlah terlur disesuaikan dengan harga pasar. ‘’Saat ini harga telur di pasar Rp 2.500 per biji. Itu berarti satu krat, harganya Rp 75 ribu.

 

Selain buah dan telur, setiap KPM juga menerima bantuan beras 10 Kilogram (Kg) per bulan. "Beras dihitung Rp 11 ribu per kilogram. Harga pasar sekarang cenderung naik," sambungnya.

 

Untuk supplier BPNT Desa Timu disebut-sebut atas nama Hj. Fera Amalia. Ketika hal itu ditanyakan pada Deny, tidak memberikan jawaban.

 

Ketika Hj. Fera Amalia  dikonfirmasi via WhatsApp, hingga kini belum diperoleh jawaban meski pesan yang dikirim sudah dibaca. (fir)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda