Ini Hasil Kajian ITB Tentang Limbah Buih di Teluk Bima - Bima News

Selasa, 14 Juni 2022

Ini Hasil Kajian ITB Tentang Limbah Buih di Teluk Bima

Limbah
Fenomena limbah buih berwarna kecoklatan seperti jeli yang menutup beberapa titik di perairan Teluk Bima pada April lalu 
 

BimaNews.id, BIMA-Fenomena yang terjadi di Teluk Bima pada April lalu, berupa buih berwarna coklat menarik perhatian banyak pihak. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengambil sampel pada 5 titik pada Kamis (28/4) untuk diteliti.

Pengambilan sampel ini berkoordinasi dengan Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) ITB dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

“Tim juga dibantu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima,” ujar Pakar Rekayasa Air dan Limbah Cair, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Prof. Dr. Ing. Ir. Prayatni Soewondo, MS saat zoom meeting, Selasa (14/6).

“Hasil foto satelit diambil Tim ITB menunjukkan, fenomena terjadi dalam kurun waktu pendek. Tidak terlihat satu minggu dari puncak kejadian,” bebernya pada zoom dengan tema, Kajian Bencana Pencemaran di Teluk Bima.

Fenomena buih  jelasnya, terjadi saat komponen air laut yang diganggu angin dan ombak  sehingga muncul buih. Buih dapat berwarna kecoklatan, sering disebabkan fitoplankton.

“Untuk memastikan kandungan buih ini perlu diuji lebih lanjut,” akunya.

Sedangkan pengujian air laut pada 5 titik (tiga garis pantai dan dua sungai, red) menunjukkan hasil yang relatif konsisten. Pengujian laboratorium memperlihatkan beberapa komponen yang melebihi baku mutu dan ditemukan alga golongan diatom.

“Ditemukan juga kandungan toksisitas (Kandungan bahan aktif, red) lebih besar pada air laut dibandingkan dengan air sungai,” jelasnya.

Indikasi sumber pencemaran dapat dikelompokkan menjadi tiga katanya. Limbah domestik (N, P, organik dan coliform). Pertanian dan perikanan (N dan P) serta logistik oil (TPH, toluene, serta oil and grease).

Selain sumber pencemaran tersebut, fenomena ini bisa dipengaruhi juga geografis Teluk Bima dan global warming. Riset skala global mengenai pencemaran algae blooming di berbagai negara juga menunjukkan sekitar 76 persen.

Kejadian algae blooming/seasnot terjadi di area semi enclosed sea (Laut yang setengah tertutup, red). Sehingga Teluk Bima memang rentan berpotensi mengalami fenomena tersebut.

“Dari data yang ada saat ini, fenomena Teluk Bima disebabkan oleh kegiatan multi sektoral. Sebab kondisi ini pernah terjadi di berbagai belahan dunia lain. Diantaranya di Washington, Belanda maupun Turki,” pungkasnya. (nk)

 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda