Refleksi Hari Ibu “Dualisme Peran Sebagai Ibu dan Working Mother” - Bima News

Kamis, 23 Desember 2021

Refleksi Hari Ibu “Dualisme Peran Sebagai Ibu dan Working Mother”

Iin
Iin Suprihatin, S.Si (Statistisi BPS Kota Bima)
 

Pemberlakuan aturan Social distancing bagi masyarakat, guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19 memunculkan suatu keadaan baru dalam aktifitas bekerja dan belajar yang terjadi dalam satu setting tempat, yaitu rumah. Saat ini banyak orangtua yang bekerja dari  rumah (Work from home) sekaligus harus mendampingi anak belajar jarak jauh dari rumah (school from home). Sehingga mengharuskan ibu merangkap dua peran sebagai ibu dan working mother.

Menghadapi tugas yang muncul dalam waktu bersamaan dan harus disikapi dengan kepala dingin, tentunya menuntut upaya yang tidak sederhana, dan kondisi tersebut harus dilakukan demi tercapainya kesejahteraan kehidupan rumah tangga.  Tuntutan tersebut dapat menambah stresor negatif yang dirasakan oleh seorang Ibu yang bekerja  sekaligus harus beradaptasi terhadap penggunaan media pekerjaan secara virtual, kebutuhan dan caring terhadap anggota keluarga lain juga hal-hal lain yang berkaitan dengan pekerjaan kantornya yang harus dilakukan di rumah.

Badan Pusat Statistik Kota Bima melansir dalam Statistik Ibu dan Anak Kota Bima(2020), pekerja perempuan berumur 15 tahun keatas yang berstatus kawin di Kota Bima  sebesar 72,03 persen dengan rata-rata waktu kerja 47,27 jam dalam seminggu. Sebanyak  38,07 persen ibu berstatus buruh/karyawan/pegawai dengan 74,81 persen ibu memilih bekerja pada lapangan usaha jasa.

Umumnya  motivasi seorang ibu  untuk  bekerja antara lain, tuntutan finansial, menggantikan peran suami, pemanfaatan kondisi kesehatan, dan menunjukkan eksistensi sebagai ibu sekaligus wanita pekerja sehingga menjadi contoh terbaik dalam keluarga. Bagi working mother kebijakan working from home merupakan sebuah previledge, tetapi tidak bisa menampik fakta bahwa bagaimana lekatnya pekerjaan domestik pada ibu. Melekatnya pekerjaan domestik membuat para ibu pekerja tidak bisa sepenuhnya fokus pada kesibukan kantor, melainkan memaksanya untuk bisa melakukan multitasking.

Multitasking merupakan aktivitas melakukan beberapa hal dalam satu waktu. Nyatanya multitasking tidak mempercepat pekerjaan selesai, justru menurunkan produktivitas. Ketika menjalankan multitasking, fokus akan terpecah dan dapat berdampak panjang pada kondisi psikologis seseorang. Mother working lebih rentan mengalami konflik pekerjaan dan keluarga (work-family conflict) (Susanti, Matulessy, & Pratikto, 2017). Seorang ibu diposisikan untuk tetap bisa mengurus anak, suami, dan rumah tangga bersamaan dengan kewajiban kantor. Beberapa mungkin memiliki asisten rumah tangga  untuk membantu pekerjaan rumah, namun bukan berarti membebaskan seorang ibu terhadap distraksi yang ada. Butuh waktu, energi, dan emosi untuk memfokuskan diri mengimplementasikan ide dalam pekerjaan.

Perlu cara jitu  mother working untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah membiasakan praktek mindfulness. Terlepas dari berbagai peran yang harus dijalani, kondisi mindfull  nyatanya memberikan kesadaran terhadap kontrol diri pada individu, mengurangi timbulnya keterpecahan pikiran, perasaan tidak nyaman, gelisah, dan cemas. Sehingga mengurangi beban yang timbul dari dualism peran seorang ibu dalam kesehariannya. Ketika seseorang melihat situasi lebih jernih, menghasilkan keputusan yang lebih tepat yang harapannya tercapai keseimbangan di antara dunia kerja maupun keluarga.(*)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda