Korban Kebakaran Sape Keluhkan Lokasi Pengungsian Digenangi Air, Stok Makanan Mulai Menipis - Bima News

Senin, 15 November 2021

Korban Kebakaran Sape Keluhkan Lokasi Pengungsian Digenangi Air, Stok Makanan Mulai Menipis

Genangi
Genangan air di lokasi pengungsian warga korban kebakaran Desa Naru Kecamatan Sape dikeluhkan. Mereka juga mengaku stok makanan sudah mulai menipis. 

BimaNews.id, BIMA-Puluhan jiwa pengungsi kebakaran di Desa Naru Kecamatan Sape mulai mengalami kekurangan makanan. Stok bantuan seperti beras dan mie instan sudah menipis.

“Masih ada beberapa bungkus yang tersisa, untuk memenuhi kebutuhan beberapa hari ke depan,” kata Rohani, korban kebakaran saat ditemui di tenda pengungsiannya, Minggu (15/11).

Pasca kebakaran, kebutuhan sehari-hari keluarganya hanya diperoleh dari bantuan warga dan pemerintah. Ia dan sang suami sudah tidak punya pekerjaan lain. Karena bibit dan bawang hasil panen ludes terbakar. Termasuk uang dan perhiasan sudah tak tersisa.

“Kita hanya petani. Mau tanam bawang, bibit dan uang untuk beli obat-obatan sudah nggak ada,” aku ibu empat anak ini.

Saat ini dia hanya fokus mengurus empat anaknya yang masih sekolah. Sedangkan sang suami beberapa hari terakhir sibuk mencari rumah panggung bantuan sesuai arahan pemerintah.

“Kita disuruh cari sendiri rumah bantuan itu. Nanti pemerintah yang bayar,” kata Rohana.

Selain kebutuhan makanan menipis, para korban juga mengeluhkan genangan air di lokasi pengungsian. Kondisi itu membuat mereka tak nyaman. Terutama saat malam hari. Susah tidur karena banyak nyamuk.

“Sekarang sudah kita timbun sendiri biar nggak becek,” kata  Zulaiha, pengungsi lain.

Genangan air  kata dia, sudah berlangsung dua hari, akibat tingginya intensitas hujan. Meski demikian, belum ada warga yang terserang penyakit seperti gatal-gatal maupun diare.

“Alhamdulillah, kami dan anak-anak masih sehat-sehat. Stok obat diare, vitamin yang dikasih sebelumnya masih ada,” sebutnya.

Tidak banyak yang ia minta saat ini. Bantuan rumah dipercepat. Mengingat sudah mulai musim hujan. Apalagi di lokasi pengungsian rawan banjir.  Karena posisi tanahnya lebih rendah.

“Kalau sudah ada rumah, kita bisa fokus cari uang,” kata Zulaiha, ibu rumah tangga ini.

Pasca kebakaran, banyak pihak keluarga yang menawarkan tempat tinggal sementara. Namun, ia lebih memilih tinggal di tenda, tidur beralaskan tikar.

“Kita hidup di sini sudah bertahun-tahun, di tempat ini pula kita harus menunggu rezeki,” katanya.

Selama ini, dia cukup terbantu dengan bantuan masyarakat dan pemerintah. Hampir semua kebutuhan terpenuhi. Mulai dari makanan, pakaian, seragam sekolah anak-anak hingga obat-obatan. Termasuk memasang beberapa tandon untuk kebutuhan air bersih.

“Alhamdulillah selama ini kebutuhan kita tercukupi. Cuma saat ini sudah mulai menipis,” katanya.

Camat Sape M. Akbar Musa, SP M.Si meminta warga pengungsi bersabar. Dia memastikan bantuan rumah baru segera direalisasikan.

“Sekarang bantuan sedang diproses. InsyaAllah Rabu depan (17/11), tim dari BPN kita harapkan sudah turun untuk pemetaan sekaligus sertifikasi lahan baru milik warga,” jelas Akbar.

Hasil pertemuan dengan warga Jumat lalu (13/11), Kadis Perkim menyampaikan sudah menyusun gambar dan RAB  untuk penataan kembali permukiman. Dari 62 korban, ada 9 warga yang mesti direlokasi. Sehingga pemukiman baru tidak lagi padat dengan gang minimal 3 meter.

“Untuk tanah 9 warga lain saat sedang dicari,” katanya.

Warga nanti akan memiliki lahan untuk rumah minimal 1,2 are. Saat ini warga sudah diminta mencari sendiri rumah yang sesuai dengan RAB yang telah disusun oleh Perkim.

“Setelah selesai proses itu, warga sudah bisa meletakkan rumah panggung yang mereka cari sendiri. Tentunya telah diverifikasi oleh Perkim sesuai RAB dan persyaratan yang sudah ditentukan,” pungkas Mantan Kabag SDA Setda Kabupaten Bima ini. (jw)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda