Derita Lanang dan Suci, Dua Remaja yang Hidup Sendiri Jauh dari Orang Tua - Bima News

Kamis, 14 Oktober 2021

Derita Lanang dan Suci, Dua Remaja yang Hidup Sendiri Jauh dari Orang Tua

Lanang dan Suci
Lanang dan Suci, dua remaja yang hidup sendiri jauh dari orang yang merantau ke Papua dan Malaysia. Keduanya kini hidup di tenda pengungsian bersama warga korban kebakaran di Desa Naru, Kecamatan Sape.
 

Kebakaran hebat 65 rumah di Desa Naru Kecamatan Sape menyisakan duka bagi dua remaja, Lanang dan Suci. Dua remaja yang masih duduk di bangku SMA ini hanya hidup sendiri. Sementara orang tua mereka merantau ke Papua dan Malaysia.

_______________

Minggu (10/10) lalu musibah kebakaran melanda Desa Naru, Kecamatan Sape. Sebanyak 65 unit rumah  dan musala hangus terbakar.  Meski tidak ada korban jiwa, kerugian akibat musibah tersebut ditaksir miliaran rupiah.

Kebakaran hebat  itu menyebabkan 79 kepala keluarga, dengan 284 jiwa harus kehilangan tempat tinggal. Saat ini mereka menumpang di rumah keluarga dan menempati tenda darurat yang dibangun pemerintah Kabupaten Bima.

Dari sekian banyak  warga yang menjadi korban kebakaran, ada dua orang remaja yang kondisinya memprihatinkan. Dua orang remaja yang masih saudara sepupu ini menempati tenda darurat bersama warga lain.

Lanang dan Suci harus menanggung sendiri penderitaan yang dialami. Tidak ada orang tua untuk mengeluh dan bermanja-manja.

Dua remaja yang masih duduk di bangku SMA ini sudah lima tahun hidup jauh dari orang tua dan saudara mereka. Ibu dan bapak Lanang  bernama Sarifudin dan Siwe. Mereka merantau ke daerah Merauke, Bumi Cendrawasih.  Sementara Jaharudin dan Siti Nur orang tua dari Suci, kini berada di negeri Jiran, Malaysia.

Ketika jago merah mengamuk melahap rumah panggung yang mereka tempati, tidak satupun barang yang terselematkan. Bersama warga lain Lanang dan Suci menghindar. Apalagi saat itu, tiupan angin begitu kencang. Dalam waktu dua hingga tiga jam, puluhan rumah hangus menjadi debu.  

‘’Hanya pakaian yang melekat di badan yang tidak terbakar,’’ tutur  Diana Puspitasari keluarga dari kedua anak malang itu  melalui telepon, Rabu (13/10).

Selama ini, pelajar yang sedang mengenyam pendidikan di SMA PGRI Sape tersebut tinggal seorang diri di rumah mereka. Memilih tidak mengikuti orang tua yang merantau ke daerah lain karena alasan ekonomi.

Selama ini Lanang dan Suci hanya mengandalkan kiriman orang tua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah. Selebihnya dibantu keluarga dan tetangga sekitar.

Dengan musibah kebakaran itu, keluarga yang biasa jadi sandaran ketika tidak ada kiriman orang tua,  juga menjadi korban kebakaran.  Mereka kini dilanda kebingungan bagaimana melanjutkan hidup dan akan tinggal di mana.

"Bagaimana kehidupan kedua anak ini selanjutnya? Sudah di tinggal merantau oleh kedua org tua, kini rumah yang mereka tempati telah terbakar,’’  katanya prihatin.

Prihatin dengan kondisi dialami kedua anak tersebut, Dian mengaku  telah menggalang donasi melalui Media Sosial (Medsos). Dengan harapan ada dermawan yang terketuk hatinya, mau membantu dua anak ini. Paling tidak, biaya kebutuhan mereka sehari-hari terpenuhi. 

"Alhamdulillah pagi ini, ada warga dari Langgudu yang telah memberikan bantuan. Semoga ke depan ada lagi warga lain yang terketuk hatinya mau membantu,"  harapnya.

Hingga berita ini ditulis, postingan dengan caption permohonan bantuan untuk kedua anak korban kebakaran itu menyedot perhatian publik. Pada kolom komentar, tidak sedikit yang merasa iba dengan kondisi kedua remaja tersebut.

Tidak hanya siap memberikan bantuan, para netizen juga ikut mendoakan korban kebakaran di Sape. Berharap tetap tabah dan sabar menghadapi ujian yang menimpa mereka. (Juliadin)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda