Mengenang Almarhum Heri Suparman - Bima News

Senin, 02 Agustus 2021

Mengenang Almarhum Heri Suparman

Heri Suparman
Almarhum Heri Suparman (Tengah Baju Batik) foto bersama dengan teman-teman PWI Dompu di Ballroom Hotel Sernu Raya, Sumbawa Besar
 

Tulisan ini dibuat sekitar tanggal 31 Mei 2021 lalu. Beberapa saat setelah bertemu dengan Heri Suparman di Hotel Sernu Raya, Sumbawa Besar.

Saat itu saya diundang teman-teman PWI Sumbawa untuk menghadiri acara konferensi dan pengukuhan Pengurus PWI Sumbawa, periode 2021-2024. Usai acara pengukuhan di Ballroom Hotel Sernu, saya bertemu dengan Bang Heri Suparman.

Ternyata itu pertemuan terakhir dengan Bang Heri Suparman. Beliau lebih dulu mendapat undangan dari Allah SWT. Meninggal tanggal 1 Agustus di Rumah Sakit Abdul Kadir, Sumbawa.

Pada malam itu, kondisi Bang Heri  terlihat sangat berbeda dengan yang saya lihat beberapa tahun sebelumnya. Badannya terlihat lebih kurus, jalannya tidak setegap dulu.   

Kehadiran  Bang Heri malam itu melengkapi keistimewaan acara yang digelar teman-teman di Sumbawa.  Selain bisa melihat begitu kuatnya kebersamaan teman-teman wartawan di daerah Sabalong  Samalewa. Saya bisa melihat kepedulian para senior terhadap keberlangsungan organisasi PWI. Mereka memberi warna bagi perjalanan organisasi wartawan tertua di Indonesia.

Bang Heri Suparman memang tidak muda lagi. Diapun sudah sudah lama istirahat di dunia jurnalis.  Namun, masih menyempatkan diri hadir.  Karena PWI menjadi bagian dari perjalanan hidupnya selama menekuni dunia jurnalis.  

Sekitar setengah jam bincang-bincang ringan dengan beliau, banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya. Ketika masih aktif menjadi wartawan, hingga kini usianya yang sudah masuk senja.

"Tuhan punya cara untuk menegur kita," katanya.

Penyakit kecing manis yang dia derita, diakui sebagai cara Allah menegurnya. Agar mengingat, perjalanan hidup akan berakhir dengan kematian. Jangan terlena dengan kehidupan dunia, karena itu menipu.

Tiga tahun didera penyakit, justru menjadi momentum baginya untuk "kembali".  Telah mengosumsi berbagai obat untuk menyembuhkan penyakitnya, namun tidak berhasil.

"Dengan sakit itu, saya mulai menyadari. Penyakit itu datangnya dari Allah, obatnya tinggal kita minta pada Allah," ujarnya.

Penyakit kencing manis yang diderita, membuatnya hidupnya berubah total. Jika selama ini dia sulit berhenti dari rokok, kini sudah bisa ditinggalkan. Begitu juga dengan kopi.

Keinginannya untuk merokok dan ngopi tiba-tiba hilang begitu saja. Padahal sebelumnya  sudah beberapa kali berusaha untuk berhenti, tetap tidak bisa. Karena sudah kecanduan berat.

Begitu juga dengan kebiasaan begadang, sekarang sudah tidak lagi. Hidupnya kini, sudah jauh dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang kerap mewarnai hari-harinya.

"Usia kita ini sudah tua. Sudah saatnya untuk hijrah," sebutnya.

Untuk hijrah, tidak semua orang bisa. Hanya orang-orang yang dapat hidayah dari Allah SWT. Tentu saja hidayah itu tidak datang dengan sendiri. Ada proses untuk  mendapatkannya.

Sama kata dia, siapa yang tidak tahu mengosumsi alkohol itu haram. Bagi sebagian yang memiliki kesadaran, akan menjauhi minuman itu. Tapi bagi yang tidak, beda cerita.

Artinya, kesadaran itu harus ditumbuhkan dalam diri. Tidak bisa dipengaruhi orang lain. Begitu juga dengan Salat. Siapa yang tidak tahu, salat itu wajib. Masalahnya, ada nggak kesadaran untuk mau melaksanakannya. Masalahnya di situ.

Penyakit kencing manis yang dia derita justru telah merubah sudut pandangnya terhadap hidup. Semua katanya akan berakhir, ketika maut menjemput. Harta, pangkat dan jabatan yang melekat, semua akan ditinggalkan.

"Kita semua akan pulang melalui pintu kematian. Apa yang kita lakukan selama hidup, itu yang akan kita pertanggungjawaban," katanya penuh makna.

"Saya telah banyak menyaksikan orang sakratul maut. Begitu berat. Ada yang beberapa hari sakratul maut, baru nyawanya dicabut," sambungnya.

Pengalaman itu semakin menyadarkannya. Semua yang ada di dunia ini akan berakhir. Saatnya untuk kembali, membangun kesadaran dalam diri. Apapun yang dilakukan selama di dunia, akan dipertangungjawabkan.

Tulisan ini untuk mengenang almarhum Heri Suparman yang meninggal tanggal 1 Agustus 2021. Selamat jalan senior, semoga mendapat  tempat terbaik di sisi Allah SWT.  Amin (Indra Gunawan)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda