Arif Ruslin, Guru Honorer Tiga Tahun Berturut-turut Berhasil Antar Siswa Masuk Paskibraka Nasional - Bima News

Sabtu, 07 Agustus 2021

Arif Ruslin, Guru Honorer Tiga Tahun Berturut-turut Berhasil Antar Siswa Masuk Paskibraka Nasional

Paskibraka
Guru Pembina Paksibraka di MAN 2 Kota Bima, Arif Ruslin foto bersama dengan Yaser Rahmadani yang lolos Paskibraka Nasional tahun 2021 beberapa waktu lalu.

Arif Ruslin, merupakan guru berprestasi milik MAN 2 Kota Bima. Berkat tangan dinginnya, ia sukses mengantar siswanya lolos masuk Paskibraka Nasional tiga tahun berturut-turut. Sayangnya, prestasi bapak dua anak ini tidak pernah mendapatkan reward dari pemeirntah.

__________________

Tidak salah MAN 2 Kota Bima mengangkat motto "Madrasah Dengan Tradisi Prestasi". Terbukti, tiga tahun terakhir, Madrasah di Kelurahan Tolobali ini berhasil mengirim siswa menjadi Pasukan Pengibar Bendera (Paskibraka) Nasional.

Prestasi yang diimpikan para siswa tersebut pertama kali diraih Muhammad Azzam tahun 2019.  Berikut di tahun 2020.  Untuk tahun ini diraih, Yasser Ramahdani. Putra dari pasangan Muhammad Jauhari dengan Dahlia, asal Kelurahan Jatiwangi, berhasil mengungguli puluhan siswa lain di NTB.

Dibalik prestasi tiga tahun berturut-turut itu tidak lepas dari tangan dingin guru honorer. Namanya, Arif Ruslin SPd, pembina Paskibraka MAN 2.

Guru asal Kelurahan Rabadompu, Kecamatan Raba ini memang tidak asing bagi siswa maupun guru di Kota Bima. Meski menyandang status guru honorer, ia cukup dikenal. Selain pembina Paskibraka, ia juga pernah berkecimpung sebagai atlet sekaligus pembina bola voli hingga pembina gerak jalan.

Suami dari  Eka Warwati ini sosok guru yang sederhana dan humoris. Kelakar dan suka bercanda itulah kesan pertama ketika berjumpa dengan guru yang akrab disapa Arif ini.

Ditemui di MAN 2 Kota Bima, Arif mengaku bangga dengan capaian siswa binaannya. Terlebih, prestasi tersebut secara berturut-turut selama tiga tahun terakhir.

Bahkan prestasi yang diraih Yasser Rahmadani, ia mengaku tidak menyangka. Awalnya ia tidak percaya jika tahun ini siswa binaannya akan terpilih jadi Paskibraka Nasional. Meskipun secara postur dia bagus dan ganteng.

Karena menurut dia, menjadi Paskibraka hal yang mustahil untuk diraih. Sebab, 2 tahun terakhir Muhammad Azzam sudah dua kali terpilih jadi Paskibraka Nasional.

"Tapi itulah takdir. Nasib, seseorang tidak ada yang tahu," katanya.

Pembinaan yang dilakukan tidak mudah dilakukan Arif. Tidak hanya pada jelang momentum 17 Agustus. Namun, dijadikan pembinaan rutin setiap tahun. Karena Paskibraka bagian dari kegiatan ekstrakurikuler madrasah.

Tahun ini, siswa yang diseleksi secara internal sebanyak 56 orang. Mereka dilatih setiap hari di Madrasah. Tidak hanya kemampuan gerak jalan,  tapi juga postur tubuh, tinggi badan dan kecakapan.

Peserta juga dinilai dari kecepatan dan ayunan kaki, posisi badan harus tegak dan lurus. Termasuk cara pandang ketika berjalan.

"Seleksi benar-benar harus teliti. Tidak asal pilih," terang Arif.

Setelah berbulan-bulan diberikan pembinaan, 56 orang siswa tersebut mengikuti seleksi. Mereka dibina bersama puluhan siswa dari SMA lain oleh Purna Paskibraka Indonesia (PPI) tingkat NTB. Dari seleksi tersebut, 7 siswa MAN 2 terpilih.

Setelah dinyatakan lolos, 7 siswa MAN kembali diseleksi sebagai peserta Paskibraka nasional dan NTB. Alhasil, Yasser Rahmadani terpilih sebagai pasukan pengibar bendera di Istana Negara, pada 17 Agustus mendatang.

Sementara 1 siswa lain, Waliyudin lulus seleksi peserta Paskibraka Provinsi NTB. Bersama dengan 2 orang dari wakil SMAN 1, yakni Naila Atha Safirah dan Adinda Ratu Aqilah. Empat siswa tersebut sudah dilepas secara simbolis oleh Wali Kota Bima, H Muhammad Lutfih beberapa waktu lalu.

"Saat ini mereka sedang dilatih oleh tim Paskibraka di tempat tugas masing-masing," ujarnya.

Keberhasilan Arif mengantarkan siswanya ke Paskibraka Nasional dan NTB, patut diapresiasi. Sayangnya, selama tiga tahun, ia tidak pernah mendapatkan reward dari pemerintah. Padahal, besar harapan dia untuk mendapat pengakuan atas prestasinya tersebut sebagai bentuk penghargaan.

"Tidak pernah dikasih reward. Pingin sekali sich. Karena menurut saya proses itu adalah hal utama daripada hasil. Tapi, kebanyakan orang lebih melihat hasilnya, ketimbang prosesnya," punkas pria kelahiran 1984 ini . (Juliadin)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda