Sakit-Sakitan Tanpa Pekerjaan, Warga dan Nitizen Buka Donasi Bantu Mualaf Asal Sumba NTT - Bima News

Rabu, 21 April 2021

Sakit-Sakitan Tanpa Pekerjaan, Warga dan Nitizen Buka Donasi Bantu Mualaf Asal Sumba NTT

 

Siti Aminah
Siti Aminah (kiri), mualaf asal Sumba, NTT ditemani Hj Kalisom yang  kini menempati TPA Sonco, Desa Sanolo bersama empat orang anaknya


BimaNews.id,BIMA-Siti Aminah, mualaf asal NTT dikabarkan menderita kanker rahim. Kondisi ekonomi yang tidak mampu, membuat ibu empat anak ini terlantar.

Nitizen dan warga memperlihatkan kepedulian terhadap kondisi dihadapi Siti Aminah. Mereka membuka donasi, menggalang dukungan dana, agar ia dan anaknya bisa dirawat dan hidup layak.

Diketahui, Siti Aminah kini menumpang tinggal di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) milik Desa Sanolo, Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Dia ditinggalkan pergi suami berasal dari Lombok. Sementara Aminah sudah mulai sakit-sakitan sejak September 2019 lalu.

"Sudah dua tahun saya rasakan derita ini," ungkapnya pada Radar Tambora saat ditemui Selasa (20/4).

Mina, sapaan wanita ini mengaku sakit yang dirasakan sudah menjalar ke seluruh bagian tubuh. Bahkan beberapa bagian badannya sulit digerakkan.

"Hanya tangan saja yang bisa saya gerakan. Sudah sering keluar masuk di rumah sakit Sondosia. Beberapa hari lalu, saya berobat ke RSUD Bima," aku Mina.

Biaya untuk berobat berobat ke rumah sakit akunya, dibantu warga dan pemuda sekitar. Termasuk dari Pemdes Sanolo. Diapun mendapat keringanan biaya dari rumah sakit Sondosia.

"Alhamdulillah  selama ini saya selalu dibantu warga dan pemuda di sini," katanya bersyukur.

Ia menceritakan kisahnya sebelum menjadi warga Desa Sanolo. Sebelum suaminya pergi, Mina bersama empat anaknya tinggal di kos-kosan  di Kota Bima. Sebelumnya, mereka pindah-pindah, kadang di Sape dan beberapa tempat lain.

"Sambil keliling sebagai mualaf, saat tinggal di Sape saya bekerja membantu menjual tembakau orang. Saya dikasih upah sekadar saja saat itu," cerita Mina.

Pada ramadan tahun 2018 silam, mulai menetap di Desa Sanolo,  tanpa memiliki pekerjaan tetap. Karena sudah mulai sakit, kemampuannya untuk bekerja berkurang.

Selama ini diakui, sudah banyak mendapatkan bantuan. Baik dari warga hingga bantuan beras dari Pemdes Sanolo.

"Selama tinggal di sini, saya bersama anak-anak hanya keliling ke rumah warga sebagai mualaf. Kami turun sekali seminggu. Kadang mendapatkan sedekah berupa uang, maupun berupa beras," kisahnya.

Mina juga mengaku, sempat pulang ke keluarganya di Sumba,  NTT. Namun, keluarga tidak mau menerimanya kembali karena  memeluk Islam.

"Saya bahkan sempat disiksa oleh keluarga saat itu. Sehingga saya balik lagi ke Bima, " ungkap Mina.

Hj Kalisom,  warga Sanolo telah menganggap Mina sebagai bagian dari keluarganya. Dia kasihan melihat kondisi Mina bersama 4 orang anaknya yang masih kecial.

"Saat itu, mereka (Mina dan  4 anaknya) datang meminta sedekah sebagai mualaf di Sanolo. Saya kemudian mengajak mereka untuk mampir di rumah untuk bincang-bincang,"  cerita Hj Kalisom.

Karena mereka mualaf, dia bersama suaminya bertanya-tanya tentang kelengkapan berkas sebagai orang yang baru memeluk Islam. Saat itu, Mina menunjukan dokumen sebagai mualaf.

‘’Saat itu, saya melihat mereka belum sempurna memeluk Islam,’’ tuturnya.

Hj Kalisom kemudian mengajak mereka tinggal di situ, sekaligus untuk menyempurnakan agama mereka. Saat itu, Mina senang karena diajak tinggal menetap.

"Kami langsung koordinasi dengan warga sekitar dan lapor ke pemerintah desa. Alhamdulillah diberikan izin. Kami sarankan Mina dan anaknya dikhitan," ujarnya.

Kini Mina bersama anaknya telah memiliki Kartu Keluarga (KK) sebagai warga Desa Sanolo. (ar)

 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda