![]() |
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, Abdul Aziz membuka kegiatan Pelatihan dan Peningkatan Literasi Keuangan Generasi Muda Melawan Judi Online dan Pinjol, Kamis (17/7) |
bimanews.id-Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTB, Abdul Aziz, membuka Pelatihan Peningkatan Literasi Keuangan Generasi Muda Melawan Judi Online dan Pinjol Ilegal.
Acara yang berlangsung di Aula Handayani Dikbud NTB, Kamis (17/7) merupakan kerjasama JMSI NTB, Bank NTB Syari’ah, PT. AMMAN Mineral dan Dinas Dikbud NTB.
Kegiatan yang menampilkan narasumber Melisa Indri Hartanti dari OJK NTB, M. Arief Sanjani dari Bank NTB Syariah dan Ipda I Putu Agus Andre SH, Kanit 2 Subdit 5 Tindak Pidana Siber Dtreskrimsus Polda NTB, antusias dihadiri siswa dan mahasiswa.
Pengurus JMSI Pusat, H. Rudi Hidayat, dalam pengantarnya menyebut sekira 2,7 warga di Indonesia terjerat judol (judi online).
Ia merinci warga itu terdiri anak di bawah 10 tahun sebanyak dari 80 ribu, berusia 10 hingga 20 tahun sebanyak 440 ribu dan usia 20-30 tahun 520 ribu.
Sedangkan warga yang terlibat pinjol di usia19-34 tahun mencatat nilai pinjol sebesar 16,6 trilyun.
“Keprihatinan ini harus dijawab dengan memulainya dari diri sendiri, ” katanya.
Kegiatan melibatkan generasi muda dikarenakan pemuda dan pelajar lebih dekat dengan teman sebaya. Dengan cara ini diharapkan pengenalan literasi keuangan kepada mereka dalam menghadapi fenomena judol dan pinjol akan lebih tepat sasaran.
Kadis Dikbud NTB, A. Aziz SH MH, dalam sambutannya saat membuka acara mengatakan peningkatan literasi keuangan penting mengingat banyak warga yang buta huruf.
“Bukan tak bisa membaca melainkan tidak bisa mengelola isi bacaan. Mengelola dan memahami isi bacaan itu yang sangat rendah sehingga terjerat judol, ” ujar Absul Aziz.
Abdul Aziz menyontohkan dalam surat menyurat ada yang sanggup menyusun kalimat bagus tetapi tidak mengerti apa yang diminta.
Ia mengemukakan judol bagi generasi muda sangat menggoda. Namun, kata dia, jangan terjebak karena menang bisa sekali namun kalah berkali kali.
“Tak mungkin pengelola judol mau rugi,” cetusnya seraya menyebut dahulu ada perjudian bernama Porkas. “Anak muda jangan terjebak dalam propaganda. Ini racun yang membuat ketagihan, ” katanya.
Menurutnya, literasi dalam menghadapi judol dan pinjol sangat penting. Pihaknya merasa sangat terbantu dalam memberikan pemahaman generasi muda. (red)