Harga Jagung di Bima Anjlok - Bima News

Senin, 09 Mei 2022

Harga Jagung di Bima Anjlok

jagung
Petani di Desa Wadukopa,  Kecamatan Soromadi saat menjemur jagung beberapa waktu lalu.

BimaNews.id, BIMA- Pasca lebaran Idul Fitri, harga jagung di tingkat petani Kabupaten Bima terus merosot. Jika sebelumnya Rp 4.500 kini turun menjdi Rp 4 ribu per kilogram. Anjloknya harga jagung membuat petani bertahan. Memilih tidak menjual, sebelumnya harga menguntungkan.

Sekdes Wadukopa Harwidiasyah mengatakan, warganya memilih tidak menjual jagung sebelum harga sesuai. "Petani rata-rata menyimpan jagung mereka, menunggu harga naik," jelasnya Senin (9/5).

Berbeda dengan panen tahun 2021, harga jagung naik. Petani berlomba-lomba memetik jagung karena harga menguntungkan.

Senada juga disampaikan Anggota Supplier Jagung Wilayah Donggo-Soromandi Sukardin. Sebelum lebaran ia membeli jagung  Rp 4.500 per kilogram. Sekarang sudah turun Rp 4 ribu per kilogram.

Ia tidak mengetahui pasti kenapa harga jagung anjlok. Padahal tahun 2021  harga jagung cuukup stabil.

"Coba tanyakan ke bagian gudang, mungkin mereka yang lebih tahu soal harga," saran bapak satu anak ini.

Akibat harga turun, ia ikut merasakan dampak. Tidak banyak mendapat keuntungan. Aktivitas jual beli ditingkat petani belakangan ini tidak seramai sebelum lebaran.

Jika sebelumnya dalam sehari ia bisa membeli dalam jumlah banyak  hingga hingga delapan truk. Kini paling banyak satu truk, bahkan sama sekali tidak ada.

"Petani yang pilih jual saat ini  karena terdesak kebutuhan," bebernya.

Kabag Prokopim Setda Kabupaten Bima Suryadin MSi mengatakan, naik turun harga jagung saat panen raya sudah biasa. Karena pada prinsipnya, harga komoditas itu tergantung dari kebutuhan pasar.

"Kalau tinggi permintaan pasar, pasti harga jagung naik. Begitu sebaliknya," terang Suryadin.

Agar harga tidak terus merosot pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertanbun) dan perusahaan pembeli jagung. 

Meminta skema jual beli  jagugng di lapangan. Apakah sesuai regulasi yang ditentukan atau tidak.

"Biar perusahaan dan petani sama-sama untung. Tidak ada yang dirugikan," pungkasnya.

Sementara Rejo, Bos PT SUL Bolo-Madapangga sebagai pembeli jagung belum berhasil dikonfirmasi.

Dihubungi via handphone seluler dan WhatsApp beberapa kali tidak direspon. Padahal sedang dalam kondisi aktif. (jul)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda