LPA Atensi Kematian Bocah 6 Tahun Akibat Terjatuh dari Kuda Pacuan Saat Latihan - Bima News

Sabtu, 12 Maret 2022

LPA Atensi Kematian Bocah 6 Tahun Akibat Terjatuh dari Kuda Pacuan Saat Latihan

Pacuan
Ilustrasi

BimaNews.id, BIMA-Kematian Muhammad Alfian, joki cilik asal Desa Dadibou, Kecamatan Woha mendapat perhatian banyak pihak. Mengetahui ada joki cilik meninggal akibat terjatuh saat latihan di arena pacuan kuda Desa Panda, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten dan Kota Bima menyambangi rumah korban, Jumat sore (11/3).

Ketua LPA Kabupaten Bima Syafrin mengaku, kematian korban  cukup tragis. Informasi yang berkembang di masyarakat menyebutkan, sesaat setelah terjatuh dari kuda, korban pingsan. Kemudian mulutnya berbusa.

Sehingga kematian bocah 6 tahun yang akrab disapa peci mendapat perhatian dari LPA. Apalagi diketahui, setelah jatuh dari kuda, korban tidak dibawa ke rumah sakit. Melainkan dibawa pulang ke rumah, dirawat seadanya dipasangi infus.

Selama dua hari dirawat, korban tidak mau makan dan minum. Hingga masuk hari ke tiga Rabu (6/3) dinyatakan meninggal dunia.

"Saat meninggal, pipi bagian kanan almarhum ada luka lebam. Diduga bekas benturan saat terjatuh," terangnya.

Ia menyayangkan sikap orang tua almarhum tidak responsif terhadap keselamatan anaknya. Bukanya usai jatuh korban dilarikan ke rumah sakit, malah dibawa pulang ke rumah. Mengandalkan pengobatan secara tradisional.

Padahal kata dia, saat itu banyak warga yang menyarankan agar korban dibawa rumah sakit.

Tiga tahun terakhir kata Syafrin, pacuan kuda Bima sudah menelan dua korban jiwa. Tahun 2019 lalu, korbannya  Salsabila 9 tahun, asal Desa Roka, Kecamatan Palibelo.

"Ditambah kasus ini, sudah dua orang joki cilik yang meninggal dunia," bebernya.

Kondisi seperti inilah yang membuat LPA tegas melarang anak menjadi joki cilik. Kendati hal itu merupakan bagian dari budaya.

‘’Jujur kita sangat prihatin. Apalagi ini mempekerjakan anak di bawah umur, jelas  melanggar aturan,’’ tandasnya.

Ke depan, dia berharap keterlibatan anak-anak sebagai joki pacuan kuda ditiadakan oleh Pemerintah Daerahuan  (Pemda).

"Kasihan sama anak-anak kita. Pekerjaan menjadi joki ini resikonya besar," tandas Syafrin.

Sementara Nurlaela, Ibu dari almarhum mengatakan, anak bungsungnya belum setahun mengikuti latihan sebagai joki kuda pacuan. Latihan yang menyebabkan korban terjatuh itu sebagai persiapan mengikuti event.

"Korban belum pernah ikut lomba. Untuk latihan saja baru dua kali dengan saat  jatuh," jelasnya Jum'at (11/3).

Sebagai seorang ibu, Nurlaela tidak ingin anak-anaknya jadi joki kuda pacuan. Karena dia menyadari resikonya besar, antara hidup dan mati.

Sehingga kata dia, selama anak-anaknya latihan, tidak pernah ikut menonton seperti orang tua joki cilik lain.

"Masalahnya suami saya ini hobi pacuan kuda. Sebagai perempuan saya tidak bisa berbuat banyak untuk melarangnya," kata Nurlela.

Bahkan tiga anaknya sebelum almarhum, merupakan mantan joki. Mereka pernah beberapa kali meraih juara saat ikut lomba, hingga mendapatkan hadiah puluhan juta rupiah.

"Kalau latihan, joki hanya dibayar  Rp 150 hingga Rp 200 juta,’’ terangnya.

Nurlaela menyayangkan, pemilik kuda dan pemerintah daerah. Tidak memberikan jaminan pada para joki ketika ada musibah yang menimpa mereka.

"Paling tidak diberikan jaminan atau apalah untuk biaya berobat," harapnya.

Namun hingga hari  ketiga anaknya meninggal dunia, tidak satu pun perwakilan dari Pemda yang datang. Meskipun mereka hadir sekadar menyampaikan belasungkawa.

"Tidak ada yang datang. Padahal, anak saya ikut melestarikan budaya lokal Bima," sesalnya.

Untuk diketahui siswa kelas 1 SD ini terjatuh dari kuda pacuan saat latihan di lapangan pacuan Desa Panda, Kecamatan Belo, Minggu (5/3) lalu. Dua hari setelah kejadian itu, tepatnya Rabu malam (9/3) korban meninggal dunia.  (jul)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda