Siswa SMP 12 Satap di Bima Nekat Belajar di Sekolah yang Atapnya Ambruk - Bima News

Rabu, 23 Februari 2022

Siswa SMP 12 Satap di Bima Nekat Belajar di Sekolah yang Atapnya Ambruk

Ambruk
Gedung SMP 12 Satap Langgudu, Kabupaten Bima ambruk sejak tahun 2020 lalu.

BimaNews.id, BIMA-Tidak hanya jalan, sekolah di Desa Kalodu, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima luput dari perhatian pemerintah. Seperti atap gedung SMP 12 Satu Atap (Satap) sudah bertahun-tahun ambruk.

Ada tiga ruangan yang atap gedungnya rusak. Yakni ruang kelas I, kelas II, dan kelas III. Atapnya ambruk sejak tahun 2020 lalu.

Kondisi atap ambruk ini membuat siswa tidak nyama mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Murid takut sewaktu-waktu kerusakan atap bertambah parah dan membahayakan nyawa mereka.

Kepala Desa Kalodu Samiun mengatakan, pihak sekolah masih menggunakan gedung tersebut sebagai tempat pembelajaran meski sudah ambruk. Saat KBM berlangsung, siswa ada yang duduk menggunakan kursi dan sebagai lain duduk lesehan di lantai. Karena kursi dan meja juga sudah banyak rusak akibat tertimpa material atap.

"Itu saat tidak ada hujan. Berbeda misalnya ketika hujan turun, mereka saya lihat pinjam gedung SD di sebelahnya," jelas Samiun, kemarin.

Akibat kondisi sekolah tersebut, dua tahun terkahir tidak sedikit siswa yang memilih pindah di sekolah lain. Ada yang pindah ke MTs, bahkan ke SMP lain di kecamatan setempat. "Sekarang siswa yang tersisa hanya 36 orang," terangnya.

Samiun tidak mengetahui banyak apakah pihak sekolah sudah mengadukan ke Dikbudpora. Namun, beberapa waktu lalu dia pernah dilihat Wakil Bupati Bima Dahlan M Noer datang ke sekolah tersebut.

"Saat itu dijanjikan dalam waktu dekat akan diperbaiki. Nah, rencana perbaikannya kapan?," tanya Samiun.

Sekretaris Dikbudpora Kabupaten Bima Asraruddin mengatakan, semua persolan sekolah, baik fasilitas maupun hal lain bisa dikirim melalui Data Pokok Kependidikan (Dapodik). Di Dapodik sudah terkoneksi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Artinya semua tuntutan sekolah di daerah akan diakomodir. Tergantung tingkat kerusakannya. "Bisa juga mereka tidak input data kerusakan di Dapodik, makanya tidak dapat bantuan dana dari Kemendikbud," kata Sekretaris Dikbupora yang akrab disapa David ini.

Kalau perbaikan mengandalkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), David mengaku itu tidak cukup. Karena anggaran dua tahun terakhir sudah direfocusing untuk penanganan pandemi Covid-19.

"Sebenarnya tidak hanya SMP 12 Satap Langgudu yang roboh, masih ada 20 sekolah tingkat SD dan SMP dilaporkan ambruk," terangnya. (red)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda