Hendra, Rektor IAIM Bima Pernah Ditertawakan Karena Sayur Kangkung - Bima News

Senin, 10 Januari 2022

Hendra, Rektor IAIM Bima Pernah Ditertawakan Karena Sayur Kangkung

Hendra
Hendra, MSi
 

Hidup adalah sesuatu yang misteri. Tidak ada yang bisa menerawang bagaimana nasib seseorang ke depan.

--------------------------

Sama dengan yang dialami Rektor Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) Bima Hendra MSi. Setelah lulus SMA tahun 2003, ia justeru bercita-cita menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Jepang.

"Yang memotivasi saya ingin jadi TKI Jepang kala itu adalah paman. Karena saya lihat kehidupannya serba berkecukupan dari hasil menjadi TKI," tutur Hendra beberapa waktu lalu.

Tekadnya untuk menjadi TKI sudah bulat, bahkan ia mengikuti latihan di Kantor Latihan Kerja (KLK), Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Bima. Selama tujuh bulan.

Sembari menunggu jadwal keberangkatan ke Jepang, Hendra dipercaya untuk menjaga tempat foto copy, milik pamannya depan kampus IAIM Bima. Disela-sela membantu paman, ia diminta almarhum ibunya untuk mendaftar kuliah di kampus Staim Bima.

"Saya hanya iseng daftar kuliah saat itu, ambil Program Studi (Prodi) D2 PGSD," terang suami dari Nurhalida Anggriani ini

Seiring bergulirnya waktu, ia mulai menyukai dunia kampus. Karena banyak teman, terlebih ia ikut aktif di organisasi internal maupun eksternal kampus. Hingga akhirnya lupa menjadi TKI ke Jepang.

Alhasil, semua proses kuliah bisa dilalui sesuai waktu yang ditentukan. Hingga diwisuda tahun 2005. Setelah tamat, mengikuti seleksi CPNS ke Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT.

Sayangnya, Hendra gagal mendaftar lantaran terkendala administrasi. Karena salah satu syarat kala itu, harus berKTP daerah setempat. Tidak ingin melewatkan kesempatan, ia pun kemudian mengurus KTP menjadi warga NTT.

"Setelah punya KTP, ternyata ada masalah dengan ijazah. Menurut panitia, ijazah harus ditandatangi ketua kampus yang lama. Sementara ijazah saya saat itu ditandangani ketua yang baru," terang putra dari pasangan mendiang Syamsudin H. Jafar dan Uneng.

Berbagai upaya dilakukan agar bisa lolos syarat administrasi, namun gagal. Padahal saat itu permintaan CPNS sebanyak 93 orang, sementara jumlah pendaftar hanya 13 orang.

Karena kendala administrasi, ia akhirnya kembali ke Bima. Satu Minggu sebelum penutupan pendaftaran.

Pulang dari NTT, Hendra melamar kerja di kampus IAIM. Ia diterima menjadi staf bagian keuangan, mulai 2006 hingga 2008. Sambil bekerja, ia melanjutkan studi SI di Prodi PGSD di IAIM Bima.

Anak kelima dari delapan bersaudara ini berhenti bekerja setelah kena musibah kecelakaan yang menyebabkan kakinya  patah sekitar akhir tahun 2008.

Setelah dirawat secara intensif, luka akibat ditabrak tepat depan kampus IAIM Bima tersebut sembuh secara perlahan. Hingga bisa kembali beraktivitas seperti biasa dan mulai fokus menyelesaikan studi.

Setelah menyelesaikan SI di IAIM Bima tahun 2009, diajak seorang teman untuk  lanjut studi S2 Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Selama kuliah tinggal di Pondok Pesantren Mahasiswa dari berbagai negara seperti Thailand, Jordania, Malaysia, Vietnam dan lain-lain.

Selain aktif di bidang akademik, ayah tiga anak ini juga terlibat di sejumlah lembaga kemahasiswaan. Termasuk menjadi pembimbing dan pengajar Alquran, isi pengajian, khutbah dan lain-lain.

Setiap mengisi kegiatan dapat honor. Dari pendapatan tersebut disisihkan untuk biaya kuliah. Meski begitu, ada kalanya alami kesulitan biaya hidup. Terutama, ketika sepi jadwal undangan. Sehingga harus mencari siput dan kangkung di sawah, sekadar mengganjal perut yang kosong.

"Pernah sekali waktu ditertawakan mahasiswa Thailand, ketika melihat saya makan sayur kangkung. Karena bagi mereka, kangkung hanya untuk makanan kelinci," kenangnya.

Hal itu dia dianggap sebagai lelucon, apalagi mereka warga asing. Sudah pasti selera makanan berbeda.

Seiring berjalannya waktu, perkuliahan selesai, hingga dinobatkan sebagai wisudawan tercepat, hanya 1,7 tahun. Dengan predikat terbaik.

 "Saya wisuda tahun 2012. Alhamdulillah prestasi itu berkat doa orang tua dan kerja keras selama kuliah," terangnya.

Setelah resmi menyandang gelar magister psikologi, Hendra kemudian kembali ke Bima,  mengabdi sebagai dosen di IAIM Bima. Dua bulan menjadi dosen, ia mengakhiri masa lajang dengan mempersunting Nurhalida Anggriani.

"Alhamdulillah, sekarang saya dikarunia tiga orang anak," katanya.

Pria kelahiran tahun 1985 asal Desa Kananga, Kecamatan Bolo ini dikenal sosok yang cerdas. Tak ayal, banyak mahasiswa dan jajaran akademik memilihnya menakhodai IAIM Bima periode 2021-2025.

Sebelum dipercaya menjadi rektor IAIM Bima dari  pimpinan pusat Muhammadiyah pada 22 Agustus 2021 lalu, Hendara menduduki jabatan sebagai wakil rektor III, bidang kemahasiswaan. (Juliadin)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda