Puncak Kemarau, Bima-Dompu Rawan Bencana Hidrometereologis dan Kebakaran Hutan - Bima News

Rabu, 05 Agustus 2020

Puncak Kemarau, Bima-Dompu Rawan Bencana Hidrometereologis dan Kebakaran Hutan

-BMKG Bima mengeluarkan peringatan pada musim kemarau 2020 ini. Yakni, waspada terhadap bencana Hidrometereologis dan kebakaran lahan.Kepala BMKG Bima, Topan Primadi menjelaskan, saat musim hujan wilayah Bima dan Dompu dihantui akan bencana banjir dan tanah longsor.

Dewasa ini katanya, bencana hidrometeorologis yang terjadi di wilayah Bima dan Dompu tidak melulu berupa banjir saat musim hujan. Pada saat musim kemarau, masyarakat juga perlu waspada akan bencana kekeringan, kekurangan air bersih dan kebakaran lahan pada periode puncak musim kemarau 2020.

Badan Meteorogi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Minggu (02/08) telah me-release infomasi pemutakhiran perkembangan musim kemarau 2020. Bahwa 69 persen wilayah di Indonesia telah memasuki musim kemarau dan wilayah NTB 100 persen telah memasuki musim kemarau.

Selain infomasi mengenai awal musim kemarau, BMKG juga menjelaskan prakiraan puncak musim kemarau.

‘’Untuk wilayah NTB, khususnya Bima dan Dompu, prakiraan puncak musim kemarau terjadi pada Agustus,’’ sebutnya.

Malah dari pemutakhiran itu disebutkan, sebagian besar wilayah NTB tergolong dalam zona siaga kekeringan meteorologis. Begitu pula dengan wilayah Bima dan Dompu, sebagian besar tergolong dalam zona siaga kekeringan secara meteorologis.

‘’Sebagian besar wilayah di Kabupaten Dompu tergolong dalam zona awas kekeringan meteorologis yang tersebar di Kecamatan Pekat, Kempo, Manggalewa, Woja dan Dompu,’’ bebernya.

Selain ancaman kekeringan dan kekurangan ketersediaan air bersih, wilayah Bima dan Dompu juga rawan akan bencana kebakaran lahan pada periode puncak musim kemarau 2020.

Berdasarkan data yang di peroleh dari LAPAN, terdapat 1.549 titik panas yang tersebar di wilayah NTB dan 916 titik terdeteksi di wilayah Bima dan Dompu selama Juli 2020.

Kabupaten Dompu dengan wilayah terbanyak terdeteksi titik panas pada Juli lalu, yaitu 508 titik panas. Wilayah Kabupaten Bima terdeteksi 393 titik panas, dan Kota Bima 15 titik panas.

‘’Titik panas yang terdeteksi ini belum tentu merupakan titik api sehingga perlu dilakukan pengecekan ke lapangan,’’ katanya.

Karena masyarakat diimbau tetap waspada terhadap bencana atau dampak yang akan ditimbulkan. Seperti kekeringan, kurangnya ketersediaan air bersih, dan kebakaran lahan serta hutan.

“Ayo bijak dalam penggunaan air dan api, di tengah musim kemarau ini,” pungkasnya. (tin)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda