Bima News: Serba-Serbi
Tampilkan postingan dengan label Serba-Serbi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Serba-Serbi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 18 Agustus 2021

Seru-seruan Meriahkan HUT RI, di Panggi Adakan Lomba Lari Gendong Isteri

Lomba Gendong
Para suami adu cepat, lari sambil menggendong isteri salah satu lomba yang diadakan di Kelurahan Panggi untuk memeriahkan HUT RI ke-76
 

BimaNews.id, KOTA BIMA-Hari kemerdekaan yang diperingati setiap 17 Agustus menjadi momentum penting bagi masyarakat Indonesia. Selain diperingati dengan upacara, beragam lomba menarik dan seru pun digelar.

Seperti di Lingkungan Panggi Kelurahan Panggi Kecamatan Mpunda. Kegiatan yang digagas Ketua RT 01 dilaksanakan sejumlah perlombaan yang seru dan menghibur. Mulai dari makan kerupuk, bawa kelereng dengan sendok hingga gendong istri.

Dari sejumlah lomba, lari gendong istri betul-betul menyita perhatian. Selain unik, lomba ini juga terbilang baru bagi warga setempat.

Meski peserta terbatas, namun, antusias masyarakat menyaksikan lomba cukup tinggi. Mulai dari anak-anak hingga orang tua. Untuk menambah semaraknya lomba, panitia menyiapkan beragam hadiah menarik bagi para juara.

Ketua RT 01 Kelurahan Panggi, Darmawangsa mengatakan, lomba yang digelar sebagai hiburan memperingati hari kemerdekaan. Ia juga mengapresiasi antusias masyarakat mengikuti berbagai lomba tersebut.

"Alhamdulillah, sangat menghibur," akunya.

Memperingati HUT RI dengan perayaan dan pesta rakyat kata dia, harus terus dilestarikan. Sebagai bentuk kecintaan pada NKRI dan para leluhur bangsa.

Kegiatan seperti ini juga menjadi pelajaran bagi anak-anak dan kawula muda. Dengan harapan, mereka sebagai putra putri bangsa di masa depan bisa mengisi hari kemerdekaan dengan kegiatan-kegiatan positif. (jw)

Sabtu, 22 Mei 2021

Interval Suntikan Vaksin Pertama dan Kedua Diperpanjang Jadi 28 Hari

Syarifuddin
Syarifuddin
  

BimaNews.id, KOTA BIMA-Interval pemberian vaksin Sinovac diperpanjang. Jarak waktu vaksin pertama dan kedua sebelumnya 14 hari, kini diperpanjang  menjadi 28 hari.

"Ini aturan baru dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Pemberian vaksin kedua setelah 28 hari menerima dosis pertama," jelas Kabid P3PL Dinas Kesehatan Kota Bima, Syarifuddin Kamis (20/5).

Perubahan rentang waktu vaksin tersebut kata dia, dengan beberapa alasan. Diantaranya,  imun tubuh manusia berbeda ketika merespon dosis yang masuk. Ada yang cepat, ada yang lambat.

Tubuh manusia yang lamban merespon dosis, akan lambat pula terbentuknya anti body atau kekebalan tubuh. Kondisi itu rawan terjadi pada warga Lanjut Usia (Lansia). Terutama, mereka yang mengidap penyakit tertentu.

"Karena lambat terbentuknya anti body pada tubuh, sehingga jarak waktu vaksin diperpanjang.  Sebab, idealnya tubuh manusia baru bisa menerima dosis kedua, setelah anti bodynya kuat," terangnya.

Selain perubahan aturan vaksinasi, Syarifuddin juga menyampaikan capaian vaksinasi per 20 Mei. Untuk Lansia, dengan pemberian dosis pertama sudah lebih dari target yakni, 1.061. Dari target 1.057 orang. Sementara, dosis kedua baru 156 orang yang divaksin.

"Sedangkan ASN, TNI Polri yang sudah divaksin pertama sebanyak  4.271 dari target 2.002 orang. Dosis kedua 3.256 orang," sebutnya.

Begitu juga dengan guru, melebihi target. Dari target 705, tercapai 2.000 orang untuk dosis pertama. Sementara dosis kedua masih berlangsung. (jul)

Minggu, 16 Mei 2021

Pererat Persaudaraan Melalui Halal Bihalal, D5 Ikrarkan ‘’Lenga Santoi Na’’

D5
Anggota D5 foto bersama usai acara halal bihalal yang berlangsung di kediaman Aruji, Desa Rasabou, Kecamatan Bolo, Minggu (16/5)  

BimaNews.id, BIMA-Alumni angkatan  1985 SMPN 1, SMP Muhammdiyah Bolo menggelar acara Halal Bihalal, saling memaafkan pasca melaksanakan ibadah puasa. Sekaligus merekatkan kembali  Ikatan persaudaraan dan kebersamaan antar alumni.

Kegiatan itu berlangsung di kediaman Aruji SH, Desa Rasabou, Kecamatan Bolo, Minggu (16/5). Momen itu menjadi sangat bermakna dengan ikrar Lenga Santoi na (teman selamanya).

Acara yang dikemas secara sederhana itu berlangsung penuh kekeluargaan. Canda tawa, senda gurau menjadi bumbu yang menghangatkan suasana. Termasuk mengungkit kembali cerita-cerita lama semasa duduk di bangku  SMPN 1 Bolo tahun 1982-1985.

Nurdin M Amin sebagai Ketua D5 (Delapan Lima) yang didaulat memberikan sambutan pada acara tersebut mengatakan, wadah ini sebagai tempat silaturrahmi. ‘’Tidak ada tujuan dan kepentingan lain. Murni sebagai wadah untuk silaturrahmi. Mengikat dan mengakrabkan kembali rasa persaudaraan, kebersamaan antara kita,’’ terangnya.

Apalagi kata dia, anggota D5 saat ini memiliki profesi yang beragam. Ada yang jadi PNS, anggota TNI, pengusaha, petani dan lain-lain. Dengan keragamanan ini akan semakin memperkuat persaudaraan dan kebersamaan.

‘’Menjaga silaturrahim, itu dianjurkan dalam ajaran Islam. Selain akan memudahkan rezeki juga akan memperpanjang umur,’’ ujarnya.

Jika ada anggota D5 yang kini jadi pejabat penting, jadi pengusaha sukses, tentu menjadi kebanggaan. Teman satu angkatan,  satu kelas, satu bangku kini jadi orang sukses.

‘’Kita ikut bangga, ketika ada teman yang jadi pejabat. Hidup mereka sukses,’’ kata mantan anggota DPRD Kabupaten Bima tiga periode ini.

Senada dengan itu,  Anang mengatakan, usia anggota D5 rata-rata di atas 50 tahun. Diumur yang makin tua ini arahnya, sudah waktunya diisi dengan kegiatan positif. Antara lain, menjalin silaturrahmi dengan saudara, sahabat dan lain-lain.

‘’Banyak hal positif yang kita dapat dengan silaturrahmi. Paling tidak, kita bisa saling mengingatkan, untuk semakin dekat dengan Sang Pencipta,’’ ingatnya.

Dengan harapan, semakin tawadhu dan istiqomah melaksanakan ibadah. Senantiasa mendekatkan diri  kepada Allah SWT.

Pada momen halal bihalal tersebut dipilih pengurus D5 periode 2021-2024. Ketua kembali dipercayakan pada Nurdin M Amin, Sekretaris Rudiyanto. (gun)

Sabtu, 15 Mei 2021

Merantau ke Bima, Jauh dari Keluarga Agar Anak Bisa Mengenyam Pendidikan

Tukang Sol
Samidin sedang menjahit sepatu di teras Toko Indra, jalan Sultan Hasanuddin Kota Bima.
 

BimaNews.id, KOTA BIMA-Sebagai kepala keluarga, Ayah  memiliki tanggungjawab besar menafkahi  anak dan isterinya. Supaya mereka bisa hidup layak dan anak-anak bisa mengenyam pendidikan yang layak.

Untuk memperbaiki nasib, Samidin, 50 tahun, asal Desa Jatiroyo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah mencoba peruntungan di daerah rantauan. Tahun 1998 dia pindah ke Bima meninggalkan anak dan istri di kampung halamannya. Dengan harapan, kehidupan mereka biisa lebih baik.

Samidin sudah puluhan tahun berdomisili di Kelurahan Tanjung Kecamatan Rasanae Barat. Kini tercatat sebagai warga setempat. Sayangnya, kendati kehidupannya pas-pasan, ternyata luput dari perhatian pemerintah. Baik bantuan dari pemerintah daerah maupun pusat.

"Yang paling saya ingat itu waktu banjir 2016. Saat itu warga lain dapat bantuan, saya tidak," keluh Samidin.

Meski demikian, tidak lantas membuat ayah dua anak ini mengadu ke pemerintah kelurahan. Karena menyadari sebagai warga pendatang.

Untuk menopang hidup di Kota Bima,  Samidin bekerja sebagai tukang sol sepatu. Sehari-hari Samidin mangkal di teras Toko Indra, Jalan Sultan Hasanuddin.

"Saya mulai kerja sekitar pukul 08.00 Wita, pulang sekitar pukul 17.30 Wita," tuturnya.

Tidak banyak yang diperoleh Samidin sebagai tukang sol sepatu. Kadang  dapat Rp 30 ribu hingga Rp 70 ribu tiap hari. Uang itu kata dia, selain untuk kebutuhan pribadi, juga ditabung kebutuhan istri dan biaya sekolah anak-anaknya di kampung.

"Kedua anak saya sekarang sekolah di Pondok. Saya harus bekerja keras untuk membiayai pendidikan mereka," tuturnya.

Ia mengaku, rela tidak pulang kampung untuk menghemat uang. Apalagi akibat Pandemi Covid-19, penghasilannya makin menurun.

"Pingin sekali pulang kampung. Tapi, saya tahan supaya uangnya bisa ditabung untuk sekolah anak-anak. Apalagi cari uang sekarang susah," katanya.

Selain jadi tukang sol sepatu, Samidin juga pernah melakoni beberapa pekerjaan lain. Seperti tukang kuli bangunan, jual es campur hingga jadi supir truk. Namun pekerjaan itu kata dia, tidak berlangsung lama.

"Saya juga pernah jual bakso keliling, sampai akhirnya saya beralih jadi penjahit sepatu hingga saat ini," pungkas Samidin. (jul)

 

Senin, 10 Mei 2021

Tidak Belajar Karena Pandemi, Bocah 9 Tahun Bantu Orang dengan Jualan Kacang

Jualan
Jeri, 9 tahun duduk melepas lelah sambil menunggu warga membeli kacang yang dia jual di Lapangan Serasuba, Kota Bima.

BimaNews.id,KOTA BIMA-Usia anak-anak, biasanya disibukkan dengan bermain. Tidak demikian dengan Jeri, bocah 9 tahun, asal Sumba, NTT. Ia jualan kacang rebus keliling untuk membantu ekonomi keluarga.

"Kalau semua laku sehari bisa dapat Rp 70 ribu, paling rendah Rp 20 ribu," katanya.

Setiap hari, bocah yang berdomisili di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Rasanae Barat ini beranjak dari rumah menuju pasar mulai pukul 06.00 Wita untuk membeli kacang rebus. Selanjutnya dijual seharian penuh.

"Kacang ini saya beli di pasar, satu kresek kecil seharga Rp 2 ribu. Kemudian dijual Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribu," sebutnya.

Pukul 08.00 Wita dia mulai keliling untuk jualan. Ia menyusuri sejumlah tempat keramaian, seperti pantai Ama Hami, lapangan Serasuba, lampu merah dan pasar Senggol.

"Kadang saya baru pulang ke rumah jam 23.00 Wita," akunya.

Siswa kelas 5 di SDN 29 Kota Bima ini mengaku,  sudah dua tahun jualan kacang. Selain karena sekolah ditutup akibat Pandemi, sekaligus untuk membantu ekonomi keluarga.

Ibu hanya sebagai pekerja rumah tangga, kadang kerja serabutan. Sedangkan bapaknya tukang parker. (jul)

 

Pedagang Keluhkan Tidak Ada Petugas Kebersihan, Sementara Iuran Tiap Hari Ditagih

Pasar Sila
Kondisi Pasar Sila yang terlihat tidak ditata dengan baik 
 

BimaNews.id, BIMA-Kondisi pasar Sila di Kecamatan Bolo, dari tahun ke tahun selalu terlihat semakin sembrawut dan kumuh. Padahal, pasar ini letaknya di tempat yang sangat strategis yakni di jalur negara yang menghubungkan antar provinsi.

Kekumuhan ini tidak hanya terlihat dari fisik bangunan saja, tapi juga di bagian dalam pasar. Kondisi pasar tersebut dikeluhkan para pedagang setempat.

Mukminah pedagang sayuran mengaku, tiga tahun juala di pasar tidak pernah melihat petugas membersihkan pasar. "Tiap hari, kita hanya melihat orang yang datang nagih iuran, " ungkapnya, saat ditemui Sabtu (8/5) pagi.

Wanita asal Desa Kara ini mengaku, pernah protes ke pengelola pasar soal layanan kebersihan. Saat itu ia mendapatkan jawaban, jika petugas kebersihan ada.

"Sampai sekarang saya tidak pernah lihat ada yang petugas kebersihan pasar. Padahal,  setiap hari kami membayar iuran Rp 2.000 pada petugas penagih, " aku Mukminah.

Ia berharap, pengurus pasar tidak hanya rajin menagih iuran, tapi juga membersihkan pasar. Sehingga tidak terlihat kumuh. Membuat pedagang dan pembeli nyaman saat belanja.

Dibanding pasar lain kata dia, kondisinya jauh lebih bersih dan tertib."Saya pernah jualan di pasar Soro Kempo. Di sana tidak capek bersih-bersih, karena sudah ada petugasnya. Di sini (Sila, red) saya bersihin sendiri. Tanya saja pedagang lain," tandasnya.

Salmah, pedagang sayuran lain juga mengaku, selama ini mereka membersihkan tempat jualan masing-masing. "Makanya tempat ini kelihatan lumayan bersih," akunya.

Apalagi musim hujan, pasar dipenuhi lumpur. Praktis hampir setiap pedagang harus belepotan lumpur.

"Alhamdulillah sekarang kondisinya mendingan, karena sudah tidak turun hujan. Kalau hujan, kita bermain lumpur. Tapi mau gimana lagi," katanya.

Tukang ojek, Firdan asal Dusun Lara, Desa Tambe membenarkan kondisi pasar Sila  yang kotor dan kumuh."Pengurus pasar hanya ada di tempat sekitar pukul 08.30 pagi. Itupun, mereka datang untuk menagih iuran. Setelah itu, mereka pulang," sebutnya

Pengelola pasar yang hendak dikonfirmasi tidak berhasil ditemui karena kantor sudah tutup pada pukul 09.30 wita. Informasi diperoleh dari sejumlah tukang ojek yang mangkal di sekitar kantor pengelola pasar, petuga hanya berada di kantor pukul 08.00 pagi. (ar)



Rabu, 05 Mei 2021

Sukseskan Vaksinasi Lansia, Anggota Polres Bima Kota Siaga Antar Jemput

Jemput
Dua anggota Polres Bima Kota saat menjemput Lansia dengan sepeda motor untuk vaksin Covid-19 
 

BimaNews.id, KOTA BIMA-Pola antara jemput yang diterapkan Polres Bima Kota telah mendorong peningkatan partisipasi  vaksinasi Lansia. Tidak heran, jumlah Lansia yang divaksin mencapai ribuan orang.

Kapolres Bima Kota AKBP Haryo Tejo Wicaksono mengatakan, terhitung Rabu (5/5)  jumlah lansia yang telah divaksin  sebanyak  1.785 orang, dari target 6.000. Untuk wilayah Kota Bima, sebanyak 1.057 yang di sasar. Dari jumlah itu  hanya 522 orang  atau 63,04 persen yang telah divaksin.

Sementara di wilayah Kabupaten Bima (Masuk wilayah hukum Polres Bima Kota) sebanyak 5.358 Lansia yang disasar. Dari angka itu mereka yang telah divaksin sebanyak  981 orang.

‘’Jumlah Lansir yang sudah kita sasar sudah lebih dari target,’’ sebutnya.

Atensi, dedikasi serta pengabdian, sebagaimana tugas Polri sebagai pelindung pengayom dan pelayan masyarakat kata Kapolres, akan terus memberikan bakti tulus pada orang tua. Utamanya untuk pelaksanaan vaksinasi Lansia ini.

"Kami akan terus menjemput dan mengantar para orang tua dari rumah mereka masing-masing ke lokasi vaksin atau di Puskesmas terdekat," tandasnya.

Untuk antar jemput ini, seluruh kekuatan personil Polres Bima Kota, terutama Bhabinkamtibmas  di setiap Polsek dikerahkan. Dengan misi menjemput dan mengantar Lansia ke rumah mereka.

"Ini akan terus kami lakukan, hingga seluruh Lansia divaksin," pungkasnya. (tin)

Selasa, 04 Mei 2021

Single Parent Besarkan Enam Orang Anak, Usia 80 Tahun Aminah Masih Tetap Jualan

Aminah
Aminah Abas, nenek 80 tahun saat melayani pembeli jajanan yang dia jual di pinggir jalan lintas Bolo-Dompu
 

BimaNews.id, BIMA-Kisah hidup Aminah Abas, diusianya yang semakin senja masih terus bekerja, mengais rezeki dengan jualan di pinggir jalan lintas Bolo-Dompu. Dari pekerjaan sebagai penjual inilah Aminah berhasil membesarkan enam orang anaknya seorang diri.

Wanita 80 tahun yang akrab disapa Mene saat ini jualan makanan ringan dan jajanan kecil seperti, keripik pisang, kue kering, keripik seroja, rengginang. Dengan tambahan Kurma untuk bulan ramadan.

"Saya jualan di sini sekitar tiga tahun lebih," ungkapnya saat di temui media ini, beberapa hari lalu.

Sebelum jualan di pinggir jalan lintas Bolo-Dompu, nenek yang biasa dipanggil Mene ini, pernah jualan keliling. Keluar masuk kampung untuk menjajakan barang dagangannya.

Sekian tahun melakoni pekerjaan sebagai penjual keliling, tidak kuat lagi Mene jualan di Pasar Sila. Itupun tidak berlangsung lama. Karena setiap hari harus membayar iuran, Mene keluar. Tempatnya diisi orang lain.

Tiga tahun terakhir, dia jualan di pinggir jalan lintas Bolo-Dompu. Dengan modal awal hanya Rp 1 juta. Dengan uang itu, Mene membeli semua barang dagangan. Terutama pisang, kue kering dan barang lain.

‘’Saya tidak ambil untung banyak dari setiap item barang yang dijual. Asal ada untunh sedikit, saya lepas,’’ katanya pada media ini beberapa hari lalu.

Setiap hari, tidak banyak barang jualannya yang laku. Kisaran Rp 100 hingga Rp 200 ribu. Bahkan kadang tidak ada yang laku sama sekali. Pernah kata dia, dua hari berturut-turut, tidak satupun kue jualannya yang laku.

"Rasanya berat ketika barang dagangan kita ndak laku. Tapi mau gimana lagi, saya harus bersabar,’’ katanya.

Pengalaman hidup telah mengajarkannya untuk kuat menerima kondisi apapun. Itu telah dia buktikan, puluhan tahun single parent membesarkan enam orang buah hatinya.

Kendati enam orang anaknya itu tidak sekolah tinggi, tapi kita telah memiliki kehidupan bersama keluarganya masing-masing. Ada yang jadi petani, pedagagang dan lain-lain.

"Alhamdulillah, saya bersyukur atas semua itu,’’ katanya bersyukur. (ar)

AJI Mataram Gelar Pertunjukan Wayang Sasak Virtual tentang Kekerasan Jurnalis

Wayang
Pertunjukan wayang yang digelar AJI Mataram, memperingati WPFD tahun 2021
  

BimaNews.id, MATARAM-Memperingati Word Press Freedom Day (WPFD) Senin (3/5), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Mataram menggelar pertunjukan Wayang Kulit. Keprihatinan terhadap kebebasan pers, diungkap selama pertunjukan.

Pertunjukan wayang itu berlangsung di Sekertariat AJI, bertajuk “Pewarah Gumi Paer” secara virtual, Minggu (2/5/2021).

Wayang kulit itu mengangkat sosok bernama Raden Umar Maye, putra Jumiril Patih Mekah. Ia menjadi tokoh paling disegani karena kesaktian dan kebaikannya.

Umar Maye sendiri memiliki Gegandek (tas berbahan bambu) yang dipakai menyimpan segala kebutuhan rakyat termasuk mampu melipat dunia. Kini dikenal dengan Dunia dalam lipatan atau genggaman.

Raden Umar Maye menceritakan tentang negeri Sia (sia-sia) di zaman yang suram. Zaman kebebasan akses informasi dianggap para penguasa kian dekat dengan sifat korup. Bahkan pengusaha bekerjasama, bersekongkol menguasai dunia.

“Pra laraning pati… pira laraning gesang durung mati mas pangeran (mereka tak pernah berpikir betapa sengsaranya jika nanti akan mati…betapa sengsaranya bila menderita sebelum kematian datang),” kata Raden Umar Maye pada pertunjukan wayang tersebut.

Adegan lain dalam pertunjukan, saat Raden Umar Maye hendak meliput sebuah hajatan salah satu pejabat. Namun mendapatkan tindakan kekerasan dari pihak pengamanan pesta.

Hal ini untuk mengingatkan terhadap tindakan kekerasan yang didapatkan jurnalis insede lombok di Lombok Timur. Kejadian lain adalah Nurhadi, Jurnalis Tempo yang sempat dipukul dan dicekik di Surabaya.

Pada adegan itu, Raden Umar Maye pun menitip pesan kepada negara dan para Jurnalis atau Pewarah di NTB.

“Sebuah negara yang maju, negara yang kuat. Negara yang aman, negara yang tentram adalah negara yang memiliki nilai kebebasan pers yang tinggi. Dan menjunjung tinggi nilai demokrasi,” kata Raden Umar Maye.

Penulis Naskah Wayang Sasak Pewarah Gumi Paer adalah Fitri Rahmawati, pendiri sekolah Dalang Wayang Sasak. Naskah sederhana ini menggambarkan bagaimana para Pewarah atau Pewarta bekerja keras menyampaikan kebenaran dan fakta bagi publik.

“Meski kadangkala mereka bertaruh nyawa untuk sebuah informasi demi kepentingan rakyat atau publik,” terang Pikong, sapaannya, juga seorang jurnalis Kompas TV.

Sementara itu, Ketua Aliansi Jurnalis Independen Sirtupillaili mengatakan, pada lakon utama Raden Umar Maye, Pewarah Gumi Paer berpesan agar negara, aparat hingga warga negara wajib melindungi “Pewarah” sebagai bentuk kebebasan. Baik dalam menyebar informasi dan dalam mencari informasi.

Ia mengatakan peringatan WPFD di NTB tentunya masih menyisakan catatan buruk bagi Pewarah atau Jurnalis di NTB.

Beberapa kasus kekerasan Pers Indonesia, baik di lingkup Provinsi NTB dan di luar NTB seperti yang dialami Jurnalis Tempo di Surabaya menjadi catatan buruk kemerdekaan Pers di Indonesia.

“Contoh nyata kekerasan Pers juga dialami oleh salah satu Jurnalis insidelombok di Lombok Timur. Dia dicekik dan dipukul saat meliput. Ini tidak bisa dianggap sepele,” kata Sirtu.

Dalam menjaga kebebasan Pers kata Sirtu, semua harus punya pemahaman yang sama tentang kemerdekaan Pers. Baik pejabat publik aparat, maupun masyarakat.

Pesan yang ingin disampaikan Lakon Raden Umar Maye dalam Pentas Wayang Sasak tersebut kata Sirtu ialah bagaimana kebebasan Pers harus terus dilindungi bukan dipukuli. (tin

Minggu, 02 Mei 2021

Digoyang Gempa 4,9 SR, Warga Ngaku Getaran Terasa Tapi Tidak Panik

 

Gempa
Ilustrasi Google

BimaNews.id,KOTA BIMA-Hari ke 20 Ramadan, Minggu (2/5), warga Kota dan Kabupaten Bima di goyang gempa berkekuatan 4,9 SR sekitar pukul 14.36 wita.

Dari hasil analisa BMKG menunjukkan, gempa bumi berkekuatan 4,9 SR  ini episenternya terletak pada koordinat 9,02 LS dan 119,22 BT. Atau tepatnya, berlokasi di laut pada jarak 41 km Timur Laut Tambolaka - NTT, pada kedalaman 114 km.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa yang terjadi merupakan jenis menengah akibat aktivitas Subduksi. Hasil analisa mekanisme, sumber menunjukkan, gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik dengan kombinasi geser ( Oblique Thrust Fault )

Dampak gempa bumi berdasarkan laporan masyarakat berupa guncangan dirasakan di Bima. Seperti getaran yang dirasakan beberapa orang dan benda tergantung bergoyang.

BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Qoriatun warga Kelurahan Tanjung Kota Bima, mengaku kaget ketika tiba-tiba tempat tidurnya bergoyang saat istirahat siang.

"Lagi puasa, istirahat siang, tiba-tiba ngerasain goyangan. Karena kecil saya hanya keluar kamar, tidak sampai keluar rumah, " akunya. (tin)

 

Sabtu, 01 Mei 2021

PKL di Lapangan Pahlawan Jualan di Lorong RSUD Bima

PKL
Pedagang yang jualan di Food Court terpaksa menggunakan lorong RSUD Bima untuk menjual, karena di Food Court barang mereka tidak laku, pembeli sepi 
 

BimaNews.id,KOTA BIMA-Urusan perut memang tidak bisa dianggap remeh. Lantaran barang dagangan tidak laku selama pindah ke Food Court, PKL Lapangan Pahlawan menggelar dagangan di lorong RSUD Bima.

Aktivitas PKL di lorong RSUD Bima, rupanya sudah berlangsung selama satu bulan terakhir. Fasilitas pusat jajanan Food Court yang dibangun dengan anggaran miliaran rupiah, tidak mampu mendongkrak omzet penjualan mereka. Sebaliknya justru rugi, karena tidak ada pembeli yang datang.

Sundari, seorang PKL yang ditemui Jumat (30/4) malam mengaku, pemerintah tidak bisa memaksa mereka untuk berdiam diri di Food Court. "Masa kami disuruh bertahan dengan kondisi tidak ada pembeli, " ujar Sundari ketus.

Ungkapan senada dari Yuliana. Dia terpaksa memboyong dagangannya ke lingkungan RSUD Bima agar bisa laku. Hasilnya, dalam satu hari para PKL ini bisa mendapatkan omzet penjualan Rp 200 hingga Rp 300 ribu  untuk setengah hari.

Yuliana mengaku, mereka gelar dagangan di lorong RSUD Bima sore hari. Kemudian akan keluar dini hari sekitar pukul 01.00 wita.

"Kadang kami disuruh keluar, ketika kami diketahui pihak RSUD. Tapi kami kembali lagi, karena hanya ini harapan agar barang kita laku terjual, " aku warga Rabadompu Barat ini.

Para PKL ini juga menyorot ketidakadilan Pemerintah Kota Bima, tidak melarang seluruh PKL untuk jualan di luar Food Court.  Merek juga meminta pemerintah mengubah bentuk lapak di Food Court, karena berbentuk seperti penjara sebagaimana yang terlihat saat ini.

"Lapak harusnya menghadap ke jalan, biar orang tahu ada aktivitas jualan di situ. Ini kok kayak penjara saja, " timpal Yuliana. (tin)

Jumat, 30 April 2021

Berkah Ramadan, Jual Kelapa Muda Bisa Omzet Satu Jutaan Tiap Hari

Kelapa Muda

Sumiyati saat melayani pembeli kelapa muda di depan Kantor Desa Rato, Kamis (29/4).

 

BimaNews.id,BIMA-Bulan Ramadan tidak hanya menjadi momen mengumpulkan pahala, tapi juga untuk mengumpulkan cuan sebanyak-banyaknya.  Seperti dilakukan Sumiyati, penjual kelapa muda di depan Kantor Desa Rato, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima.

Sumiyati menjadi penjual kelapa muda musiman, di saat Bulan Ramadan. Lapak dibuka mulai pagi hingga sore.

Modal awal untuk membuka jualan itu kisaran Rp 5.000.000. Itu  hanya untuk membeli kelapa muda satu mobil pikup. Harga kelapa muda per biji dijual Rp 15.000. Sedangkan es kelapa muda dibandrol Rp 5.000 per gelas.

Dari usaha itu, Sumiyati  bisa mendapatkan omzet hingga Rp 1,5 juta per hari."Hanya kemarin saja pembeli berkurang dengan omzet sekitar Rp 800 ribu,"  sebutnya.(ar)

Ad Placement

Kota Bima

Bima

Dompu