Kasus PMK di Bima Terus Bertambah, Stok Obat Berkurang - Bima News

Sabtu, 13 Agustus 2022

Kasus PMK di Bima Terus Bertambah, Stok Obat Berkurang

Sapi
Ilustrasi
Kebiasaan Warga Melepas Ternak Secara Liar, Perparah Penyebaran PMK 


bimanews.id, Bima-Penyebaran kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Bima terus meningkat. Dalam sehari sekitar 59 ekor sapi yang terjangkit.

Peningkatan kasus PMK ini terjadi di wilayah Kecamatan Madapangga.  Untuk di Kecamatan Bolo justru menurun.

"Di Madapangga ada penambahan 59 ekor sapi yang positif terjangkit PMK," sebut Kepala UPT Dinas Peternakan Madapangga, Abidin SPt dihubungi, jum’at (12/8).

Kasus PMK di Bima pertama kali ditemukan di Desa Dena,  Kecamatan Madapangga pada  Rabu (3/8).  Hingga  tanggal 10 Agustus,  tercatat sebanyak 297 ekor sapi di desa setempat  terjangkit PMK.

Di Desa Rade  sebanyak 148 ekor dan Desa Bolo 23 ekor. Total kasus PMK di Kecamatan Madapangga per 10 Agustus sebanyak 468 kasus.

Tanggal 11 Agustus 2022,  hingga pukul 10.00 Wita, ada penambahan kasus PMK terkonfirmasi positif 59 ekor.  Totalnya menjadi 527 ekor untuk Kecamatan Madapangga saja.

Penambahan kasus PMK jelasnya, disebabkan sapi yang positif terjangkit PMK, berbaur dengan sapi lain. "Untuk memutus mata rantai penyebaran PMK ini cukup sulit, karena kebiasaan peternak melepas ternak secara liar,’’ katanya.

Solusinya, vaksinasi terhadap sapi yang belum terjangkit PMK di sekitar areal pelepasan hewan ternak. "Penyebaran virus PMK sangat cepat. Untuk Madapangga, tidak hanya di Desa Dena, tetapi sudah menyebar ke desa lain," ungkapnya.

Sapi yang berasal dari desa Dena berbaur dengan sapi dari Desa Rade, begitu juga seterusnya. Sehingga penyebaran PMK cepat.

Semenjak kasus PMK ditemukan, siang dan malam pihaknya melakukan pengecekan di lokasi pelepasan ternak.

"Setiap hari kita ke lokasi pelepasan ternak mengecek satu per satu, kemudian memberi suntikan antibiotik dan vaksin," ujarnya.

Untuk sapi warga yang di kandangkan tetap diperhatikan. Rutin disemprot dengan disinfektan dan disuntik vaksin.

"Sekarang ketersedian vaksin dan obat berkurang, sementara jumlah sapi yang terjangkit PMK terus meningkat,’’ keluhnya.

Jumlah dosis vaksin yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah ternak yang terjangkit. Dia berharap, secepatnya vaksin didistribusi untuk mengantisipasi penyebaran PMK.

‘’Sapi di wilayah yang belum terjangkit PMK perlu divaksin lebih awal untuk pencegahan,’’ harapnya.

Seperti di Kecamatan Woha, saat ini belum ada temuan kasus PMK. Meski demikian, petugas setempat tetap melakukan upaya pencegahan dengan sosialisasi, semprot disinfektan dan mendatangi Rumah Potong Hewan (RPH).

"Hewan dari luar desa yang masuk ke RPH Desa Tente diperiksa ketat, baik surat maupun kondisi ternak," sebut Kepala UPT Dinas Peternakan Woha, Ridwan SPT dihubungi.

Kasus PMK jelasnya, tidak berbahaya bagi manusia. "Bagi hewan ternak sangat berbahaya, bisa menyebabkan kematian,’’ terangnya.

 Sementara, penyebaran PMK di Kecamatan Bolo justru mengalami penurunan. Dari 20 ekor sapi yang positif terjangkit PMK per 10 Agustus 2022, Jumat (12/8)  tercatat 6 ekor sapi dinyatakan sembuh.

"Setah kita rutin periksa dan memberi vaksinasi maupun suntikan antibiotik, sudah ada 6 ekor yang sembuh," aku Kepala UPT Dinas Peternakan Bolo, Herman SPT  dihubungi, Jum’at (12/8).

Untuk 16 ekor sapi lain yang masih positif telah dikarantina di kandang, diawasi setiap saat oleh petugas kesehatan hewan.

Di Kecamatan Bolo, baru Desa Tambe yang diidentifikasi muncul PMK. Meski demikian, desa lain di Kecamatan setempat tetap dipantau. (fir)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda