TKI Asal Bima Ditemukan Gantung Diri di Malaysia - Bima News

Sabtu, 02 Juli 2022

TKI Asal Bima Ditemukan Gantung Diri di Malaysia

TKI
Ilustrasi
 

BimaNews.id, Bima- TKI asal Desa Parangina, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima meninggal di Malaysia. Jenazah  pria bernama Furkan ini ditemukan pada posisi tergantung  di perumahan yang ditempati bersama ibunya Siti Sarah di Ladang Kenyalang Laut, Serawak pada Sabtu (25/6).

Kabag Prokopim Setda Kabupaten Bima, Suryadin membenarkan, ada TKI asal Bima yang meninggal dunia di Malaysia. Ditemukan dengan posisi tergantung.

Atas kejadian itu, orang tua dan keluarga korban melaporkan ke pihak kepolisian setempat. Namun, mereka menolak untuk autopsi untuk mengetahui penyebab kematian korban.

‘’Pihak keluarga hanya menginginkan jenazah almarhum dipulangkan kembali ke kampung halamannya di Desa Parangina, Kecamatan Sape. Permintaan itu dikabulkan, setelah koordinasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Malaysia,’’ sebut pria yang akrab disapa Yan ini.

Jenazah almarhum diberangkatkan dari Malaysia tanggal 30 Juni  melalui jalur darat.  dari Betong ke perbatasan Tebedu-Entikong.

Jumat (1/7) perjalanan dilanjutkan dari Entikong ke Pontianak dengan mobil ambulans.  Hari ini (Sabtu) berangkat  dari Pontianak ke Surabaya dengan pesawat Lion Airlines JT837 sekitar pukul 07.40 Wita.

Kemudian diterbangkan dari Surabaya-Lombok dengan pesawat Lion Airlines JT642. Jasad almarhum diperkirakan tiba di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (Bizam) Lombok pada pukul 15.00 Wita.

Sekdes Parangina, H. Arsyad dikonfirmasi,  membenarkan warganya bernama Furkan ditemukan meninggal dengan posisi  tergantung di Malaysia. Saat ini  jenazahnya dalam perjalanan untuk dimakamkan di kampung.

"Informasi saya terima jenazah korban tiba di Desa Parangina sekitar pagi besok," katanya saat dihubungi, Sabtu (2/7).

Kuburan almarhum katanya, telah dipersiapkan keluarga dan warga sejak dua hari lalu.  Begitu jenzahnya tiba di kampung akan langsung dikuburkan Tempat Pemakaman Umum (TPU) desa setempat.

Disebutkan Furkan sekitar dua tahun menyusul ibunya di Malaysia,  bekerja sebagai buruh di kebun Kelapa Sawit. Karena setelah cerai dengan suaminya, Siti Sarah berangkat ke Malaysia. Untuk membiayai kebutuhan Furkan dan adiknya. (red)

 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda