Aksi Lanjutan Harga Bawang Anjlok, Warga Ngali Blokade Jalan - Bima News

Senin, 22 November 2021

Aksi Lanjutan Harga Bawang Anjlok, Warga Ngali Blokade Jalan

Blokade
Warga dan pemuda Desa Ngali saat memblokade jalan di perbatasan dengan Desa Renda Kecamatan Belo, Kabupaten Bima, Senin (22/11).
 

BimaNews.id, BIMA-Warga dan pemuda Desa Ngali, Kecamatan Belo, Bima memblokade jalan, tepatnya depan SDN Inpres Ngali, Senin (22/11). Aksi ini karena warga tidak puas dengan hasil demonstrasi di kantor Bupati Bima, sebelumnya.

Akibatnya, akses jalan yang menghubungkan Desa Ngali dengan desa lainnya tertutup. Begitu juga jalur yang ke Kecamatan Langgudu.

Warga menutup jalan dengan bale-bale, tumpukan tanah, bebatuan dan kayu. Bahkan pohon di pinggir jalan dirobohkan melintang jalan.

Blokade jalan tersebut merupakan lanjutan dari aksi demo sebelumnya. Warga masih mempersoalkan anjloknya harga bawang merah dan naiknya harga pestisida. Seperti obat-obatan pertanian dan harga pupuk subsidi, di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

"Aksi ini sebagai bentuk ketidakpuasan kami kepada pemerintah, tidak tanggap terhadap persoalan yang dialami petani bawang merah," ungkap Ramli, seorang warga yang terlibat blokade pada media, Senin (22/11).

Katanya, harga bawang saat ini makin terjun bebas hingga Rp 500 per kilogram.

"Harusnya minimal 20 ribu rupiah per kilogram, baru sebanding dengan biaya," sebutnya.

Sementara harga obat-obatan terus naik hingga Rp 120 ribu per liter. Padahal sebelumnya hanya Rp 70 ribu per liter.

"Belum lagi harga pupuk subsidi, dijual pengecer di atas HET. Sekarang harganya hingga Rp 200 ribu per sak, padahal HET Rp 112 ribu per sak," urainya.

Anjloknya harga bawang membuat para petani memilih  belum menjual bawang. Mereka berharap, harganya naik. Sayangnya, hingga saat ini harga bawang merah tidak kunjung membaik.

Kalau memaksakan menjual saat ini jelas rugi. Karena harga jual tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan.

"Ini jelas sangat merugikan kita petani. Tetapi belum juga ada solusi konkrit dari pemerintah," keluhnya.

 

Padahal Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) Kabupaten Bima jelasnya, sudah mengetahui. Namun tidak ada tindakan tegas terhadap distributor dan para pengecer.

"Bawang merah saat ini tidak berharga. Sedangkan harga obat-obatan dan pupuk melambung tinggi," sesalnya.

Ia mendesak pemerintah segera mengatur harga sesuai dengan Permendag Nomor 7 Tahun 2020, tentang acuan harga pembelian tingkat petani dan harga acuan penjualan di tingkat konsumen.

"Jika tidak, kami akan terus beraksi seperti ini. Jalan tidak akan kami buka sebelum ada kejelasan dari pemerintah,"  ancam Ramli. (ar)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda