Perkembangan Psikologis Anak Terhadap Pola Asuh Keluarga Broken Home - Bima News

Rabu, 24 Maret 2021

Perkembangan Psikologis Anak Terhadap Pola Asuh Keluarga Broken Home

          Oleh : Neneng Hajaratullailah

          Mahasiswa Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Keguruan                                 Universitas  Islam Negeri  (UIN)  Mataram


Berbicara masalah pola asuh orang tua sangatlah penting di dalam sebuah keluarga. Pola asuh merupakan tata sikap atau perilaku yang digunakan orang tua dalam mendidik dan merawat anaknya, pemberian cinta dan kasih sayang oleh orang tua kepada anaknya sangatlah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Tetapi banyak anak-anak yang kurang mendapatkan cinta dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, terutama anak-anak korban dari keluarga broken home ( perceraian). 

Bagi anak keluarga sangatlah penting. Bagi seorang anak keluarga merupakan tempat untuk berlidung, memperoleh cinta dan kasih sayang. Peran keluarga sangatlah krusial bagi perkembagan anak pada masa-masa yang mendatang, baik secara psikologis, ataupun secara fisik. Tanpa keluarga anak akan merasa sendiri dan tidak ada tempat untuk berlindung.

Anak yang besar di keluarga yang broken home kerap dianggap memiliki masa depan yang suram dan cenderung mengalami kegagalan. Hal ini di karenakan mereka kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya sehingga tidak ada sosok figur yang bisa di teladani.

Tetapi jika pola asuh bisa dilakukan secara bijak, kepribadian anak akan menjadi lebih baik, terlebih lagi jika sang anak berada di lingkungan yang sangat mendukung pada proses perkembanganya.

Berikut pola asuh yang diterapkan keluarga broken home yang dapat berpengaruh terhadap perkembanga psikologis anak:

Pola Asuh Otoriter

Keluarga broken home yang menerapkan pola asuh otoriter ini dapat berpengaruh pada psikis anak yaitu: anak menjadi introvert ( tertutup),  Kontrol yang ketat dari orang tua akan membetuk mindset, anak akan merasa tidak mampu bertanggunng jawab terhadap sesuatu hal, dan anak menjadi kurang percaya diri.

Pola Asuh Demokratis

Keluarga broken home yang menerapkan pola asuh demokratis ini dapat berpegaruh terhadap psikis anak yaitu: anak menjadi mandiri, anak menjasi bertanggung jawab, dan anak menjadi percaya diri.

Pola Asuh Permisif

Keluarga broken home yang menerapkan pola asuh permisif ini dapat berpengaruh terhadap psikis anak yaitu : Anak menjadi nakal, akibat kurangnya kontrol dari orang tua dan minimnya perhatian dan kasih sayang yang diperoleh membuat perilaku anak cenderung mengarah ke arah yang negatif. Anak menjadi susah di atur, anak menjadi sering pemberontak dan cenderung welawan kepada orang tua. 

Demi menghindari terganggunya psikologis anak pasca bercerai, maka orang tua perlu tetap terlibat, menjalankan perannya masing-masing untuk perkembangan keluarganya. Disarankan orang tua perlu menerapkan co-parenting agar perkembagan dan pertumbuhan anak-anak dapat secara optimal.

Co-parenting adalah sebuah pola pengasuhan  anak yang dilakukan pasca perceraian, sehingga orang tua yang sudah bercerai diwajibkan secara bersama-sama untuk saling berkomunikasi dan membesarkan anak walaupun tidak ada ikatan pernikahan serta tak tinggal lagi di dalam satu rumah. Penerapan co-parenting ini di harapkan agar psikologis anak tidak terganggu akibat perpisahan ke dua orang tuanya.

Dengan penerapan co- paranting yang dilakukan oleh kedua belah pihak, maka perlu sekali tetap berkomitmen. Walau sudah bercerai dan tak tinggal satu rumah, perlu di ingat bahwa orang tua tetaplah orang tua di hati anak-anak. (*)

 

 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda