Varietas Unggul Padi Sawah Dan Ketahanan Pangan - Bima News

Selasa, 15 Desember 2020

Varietas Unggul Padi Sawah Dan Ketahanan Pangan

 

Oleh, Darwis Yusra SP

(Staf Balai Pengkajian Teknologi  Pertanian)


Seorang bapak umur 78 tahun bercerita kepada saya sambil meneteskan air mata, mengenang masa-masa sulit di musim paceklik 50 tahun lalu. Persediaan gabah di lumbungnya habis akibat gagal panen dua tahun berturut-turut. Pisang di kebun habis, apalagi ubi dan singkong, gadung yang beracun di gunung-gunung pun habis diburu warga yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga aman dikonsumsi.

Bukan tidak ada hujan turun, akan tetapi musim hujan hanya sekitar 3 bulan sedangkan umur padi mencapai lima bulan baru bisa panen. Serangan hama penyakit dan belum adanya pemupukan, makin mempersulit keadaan.

Hamparan sawah begitu luas, sedangkan jumlah penduduk belum sebanyak sekarang. Tetapi kelaparan dimana-mana. Salah satu yang saya syukuri sebagai karunia Allah SWT  ditemukannya varietas padi yang berumur pendek, dengan produktivitas mencapai 8 ton per hectare.  Toleran kekeringan dan hama penyakit urainya sambil mengusap air mata. Kalau zaman dulu sudah umurnya panjang, produksinya sekitar 3-4 ton per hektare tutupnya.

Kisah di atas menjelaskan teknologi  berperan penting dalam peningkatan produksi pertanian. Kontribusi nyata varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi dan ketahanan pangan nasional tercermin dari  swasembada beras tahun 1984 dan 2007. Hal ini terkait dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh varietas unggul padi. Antara lain, berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit  utama, umur genjah, dan rasa nasi enak.

Di tengah makin beratnya tantangan yang dihadapi dalam usaha tani, Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan sejumlah varietas padi unggul baru. Teknologi produksi, dan benih sumber varietas unggul padi.

Varietas unggul padi sawah tersebut masing-masing dilepas dengan nama Inpari 2 Batipuah, Inpari 22, Inpari 23 Bantul, Inpari 24 Gabusan, Inpari 25 Opak Jaya, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28 Kerinci, Inpari 29 Rendaman, Inpari 30 Ciherang- Sub1 dengan potensi hasil 7,7 hingga  9,6 ton per hectare. Inpari 32, Inpari 33 dan Inpari 34 Salin Agritan yang toleran pada lahan salin (kadar garam tinggi) dengan potensi hasil 8,1 ton per hektara.

Sekarang sudah tersebar  Inpari 42 yang toleran kekeringan mulai diminati. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB sudah melakukan diseminasi varietas unggul baru padi Inpari Nutri Zink untuk menanggulangi stunting di Nusa Tenggara Barat.

Berdasarkan data BPSB tahun 2020 penggunaan varietas di tingkat penangkar per Oktober 2020 mencapai 5.542,8 ton, tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Kabupaten Lombok Barat merupakan produsen benih padi tertinggi mencapai 1.730,7 ton dan disusul Kabupaten Sumbawa 1.323,9 ton. Sebagian besar menggunakan varietas unggul baru (VUB), seperti Inpari 30, Inpari 32 dan Inpari 42. Namun demikian masih ada sebagian kecil petani menggunakan varietas lama seperti, Ciliwung dan Ciherang.

Varietas Unggul Padi Sawah

Varietas unggul padi sawah merupakan galur hasil  pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus. Seperti, potensi hasil  tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap cekaman lingkungan, mutu produk, dan atau sifat-sifat lainnya.

Varietas unggul salah komponen teknologi yang  penting  untuk meningkatkan produksi  dan pendapatan usaha  tani padi. Berbagai varietas unggul telah tersedia dan dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah, preferensi petani, dan keinginan pasar.

Jenis dan karakteristik dari varietas unggul meliputi :

Varietas Unggul Baru (VUB) : Kelompok tanaman  padi yang memiliki  karakteristi  umur kisaran 100-135 HSS (hari setelah sebar), anakan banyak (>20 tunas/rumpun), bermalai agak lebat (±150 gabah/malai).

Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB): Kelompok tanaman padi yang  memiliki  karakteristik postur  tanaman tegap, berdaun lebar dan berwarna hijau tua, beranak sedikit (<15 tunas/rumpun), berumur 100-135 HSS, bermalai lebat (±250 gabah/malai), berpotensi hasil lebih dari 8 ton GKG/ha.

Varietas Unggul Hibrida (VUH) : Kelompok tanaman padi  yang terbentuk dari individu-individu generasi  pertama (F1). Berasal dari kombinasi persilangan dari 2 varietas padi yang memiliki  karakteristik potensi hasil  lebih tinggi dari varietas unggulan inbrida.

Manfaat Benih Unggul Berlabel

Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang  banyak bagi perkembangan usaha pertanian. Diantaranya, pertumbuhan tanaman menjadi seragam sehingga  panen menjadi  serempak. Rendemen lebih tinggi, mutu  hasil  lebih tinggi dan sesuai dengan selera  konsumen. Tanaman mempunyai ketahanan yang  tinggi terhadap gangguan  hama  dan penyakit  dan  beradaptasi yang  tinggi terhadap lingkungan sehingga dapat memperkecil penggunaan input seperti pupuk dan pestisida.

Produktivitas varietas sangat bergantung  pada  genotype  (komposisi gen  yang dimiliki varietas) dan kondisi lingkungan tumbuh (interaksi genotype dengan lingkungan). Faktor-faktor  lingkungan yang  sangat berpengaruh terhadap  penampilan varietas antara lain, kesuburan fisik dan kimiawi tanah, iklim, keberadaan hama dan penyakit, teknik budidaya yang digunakan.

Mutu benih meliputi : mutu genetic, mutu fisik, dan mutu fisiologis. Ciri-ciri benih bermutu yaitu : varietasnya asli, benih bernas dan seragam, bersih, tidak tercampur dengan biji gulma atau biji tanaman lain, daya  berkecambah dan vigor  tinggi sehingga  dapat tumbuh baik jika ditanam di sawah dan sehat, tidak terinfeksi oleh jamur atau serangan hama.

Benih berlabel  merupakan benih yang  sudah  lulus proses sertifikasi yang merupakan salah satu bentuk jaminan mutu benih. Keuntungan menggunakan benih bermutu tinggi  meliputi : benih tumbuh dengan tepat dan serempak, bila disemaikan, mampu menghasilkan bibit yang tegar dan sehat, ketika ditanam, bibit dapat tumbuh lebih cepat,  dan pertanaman lebih serempak dan populasi tanaman optimum, sehingga mendapatkanan hasil yang tingi.

Kategori Benih Unggul Berlabel

Sebagian petani berpendapat bahwa makin tinggi kelas benih makin tinggi hasilnya, padahal tidak demikian. Kelas benih dalam sistem sertifikasi meliputi :

Benih Penjenis/Bredeer seed (BS) berlabel kuning

Dasar/Foundation seed (FS) berlabel putih

Benih Pokok/Stock seed(SS) berlabel ungu

Benih Sebar/Extention seed (ES) berlabel Biru

Benih penjenis (BS) yaitu benih yang terdapat pada urutan pertama pada kelas benih dalam sistim sertifikasi, benih penjenis(BS) ditandai dengan pemberian label warna kuning. Benih ini langsung terdapat pada pemulia tanaman.

Kemudian turunan dari benih penjenis(BS) adalah benih dasar(FS), benih dasar adalah benih yang di perbanyak oleh balai benih induk (BBI), benih ini ditandai dengan pemberian label warna putih. Turunan dari benih dasar (FS) adalah benih pokok (SS).

Benih pokok (SS) yaitu benih turunan ke tiga dari kelas benih dalam sistem sertifikasi benih yang di tandai dengan pemberian label warna ungu,  benih ini di perbanyak oleh penangkar-penangkar benih untuk di turunkan menjadi benih sebar (ES).

 Benih yang di jual di pasaran atau yang di gunakan petani adalah benih sebar (ES).  Benih sebar adalah benih turunan ke empat dari kelas benih atau benih turunan terahir, benih ini di tandai dengan pemberian lebel warna biru, dan benih ini hanya bisa dilakukan satukali penanaman. Benih inilah yang disebarkan ke seluruh petani, telah melalui screniing dan rougoing sehingga tipe simpang hampir tidak ada.

Ketersediaan varietas unggul baru yang memiliki produktivitas tinggi berkontribusi besar bagi ketahanan pangan. Beragam varietas telah tersedia pada para penangkar yang penyebaranya hampir merata disemua kabupaten dan kota di NTB. Hal ini dapat memberikan alternatif pilihan bagi petani sesuai kondisi iklim dan ekosistem setempat.(*)

 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda