Rapid Test Ala Puskemas Sanggar, Bak "Penangkapan" Penjahat - Bima News

Kamis, 16 Juli 2020

Rapid Test Ala Puskemas Sanggar, Bak "Penangkapan" Penjahat

BIMA-Keluarga pasien reaktif rapid test asal Desa Boro Kecamatan Sanggar geram dengan tindakan petugas medis Puskemas setempat. Pasalnya, para petugas yang berjumlah belasan orang tersebut mendatangi rumah keluarga pasien tanpa pemberitahuan lebih awal.

Keluarga pasien sempat emosionalkarena tiba-tiba didatangi belasan orang. Karena menganggap tindakan petugasmedis seolah-olah seperti menangkap penjahat.

“Kami bukan tidakingin dirapid test. Tapi, tidak begini caranya,” sesal Nurdin, orang tuaAD, pasien reaktif rapid test.

Nurdin bersama istri dandua anak kembarnya menjadi sasaran tracking contack petugas. Setelah salah satudari anggota keluarga mereka, AD dinyatakan reaktif rapid test di RS Sondosia,Kamis (9/7) lalu.

AD menjalani rapid tes diRS Sondosia sebagai syarat bagi pelaku perjalanan. Karena saat itu AD inginbepergian ke Makassar.

Selasa (14/7), pasca ADdinyatakan reaktif rapid test, petugas Puskesmas Sanggar melakukan trackingcontack. Sebanyak 16 orang petugas dengan APD lengkap mendatangi rumah keluargaAD untuk dirapid test. Termasuk diantaranya, Babinsa, Bhabinkamtibmas, KepalaDesa Boro, Zainal Arifin dan Kepala Puskesmas Sanggar.

Kadatangan petugastersebut justru membuat pihak keluarga geram. Sebagai kepala keluarga, Nurdinmenyayangkan tindakan petugas. Setidaknya dia berharap ada pemberitahuan awaldari petugas. Baik melalui surat atau via handphone.

“Orang yang melanggarhukum saja baru akam dijemput paksa setelah tidak mengindahkan dua kalipemanggilan. Kita yang tidak tahu apa-apa, justru diperlakukan sepertipenjahat,” protes Nurdin.

Tidak hanya itu, Nurdinjuga menyesalkan tindakan petugas usai pengambilan sampel darah pada istri dandua anak kembarnya. Apalagi usai pengambilan sampel darah tersebut, dua anaknyatampak lemas.

“Jangankan susu atautelur, air putih saja tidak diberikan. Dimana hati nurani mereka,”tandasnya.

Disisi lain, dia jugamendapat kabar bahwa anaknya yang dikarantina tidak diperlakukan dengan baik.Tempat karantina yang seharusnya menyehatkan pasien, tapi jauh dari kata layak.WC tidak berfungsi, jendela ruangan tidak dipasangi gorden, hingga sabun cucitangan pun tidak disiapkan.

“Yang jelas sayatidak tinggal diam dengan persoalan ini. Saya akan mengirimkan surat keberatanpada Kemenkes dan Komnas HAM,” tegas Nurdin.

Kondisi ruang karantinatersebut dikeluhkan AD. Mahasiswi di salah satu universitas di Makasar inimengaku selama menjalani karantina merasa katakutan.

“Dua hari pertamasaya sendirian di ruangan. Mana jendelanya tidak punya gorden. Kalau tidur sayatutupi pakai sajadah,” tutur AD, via telpon, Kamis (16/7)

Dia tidak menampik denganpelayanan petugas kesehatan di RS setempat. Terutama konsumsi, tetap rutin tigakali sehari.

Hanya saja, diamengeluhkan WC dalam ruangan isolasi, buntu. Begitupun pelengkapan mandi,seperti sabun untuk cuci tangan tidak disiapkan.

“Kalau mau buang airkita ke WC di luar ruangan. Kadang WC itu juga dipakai  keluarga pasien lain,” tutur AD.

Selama karantina diamengaku sudah menjalani tes Swab dua kali. Pertama pada Kamis sore (9/7) dankedua pada  Selasa (14/7). Namun, hasildua kali Swab tersebut, hingga kini belum diketahui.

“Saya baru seminggudi karantina. Ada juga yang lain sudah 11 hari, tapi hasil swabnya belum jugakeluar,” sebutnya.

Sementara Kades Boro,Zainal Arifin mengatakan, tidak ada pemberitahuan awal mendatangi rumahkeluarga Nurdin. Dia juga tidak menduga kejadiannya bakal seperti ini.

“Tindakan ini berlakusecara umum. Karena biasanya, ketika ada salah satu dari pihak keluarga yangreaktif, maka keluarga yang kontak dengan pasien harus dirapid test,”jelas Zaina Arifin via HP, Kamis sore (16/7).

Zainal mengaku, ikutbersama petugas karena ditelpon bidan desa. Sempat terjadi penolakan dariNurdin dengan kehadiran petugas. Apalagi bidan dan beberapa petugas puskesmasyang turun adalah mantan siswanya di SMAN 1 Sanggar.

“Nurdin sampaimenanyakan surat perintah pada petugas Puskesmas maupun Babinsa danBabinkantibmas,” katanya.

Namun pada akhirnya katadia, Nurdin bisa menerima kehadiran petugas, bahkan sempat kelakar. KendatiNurdin sendiri menolak untuk dirapid test.

“Alhamdulilah, hasilrapid test isteri dan dua anak kembarnya negatif,” pungkasnya. (jw)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda