Enam Tahun Idap Kanker, Asmah Berharap Mukjizat - Bima News

Senin, 13 Juli 2020

Enam Tahun Idap Kanker, Asmah Berharap Mukjizat

KOTA BIMA-Siti Asmah, warga Rt 08 Rw 04 Kelurahan Penatoi enam tahun mengidap penyakit kanker payudara. Berkali-kali operasi, tapi tak kunjung sembuh. Hanya mukjizat yang diharapkan ibu tiga anak ini agar sembuh dari penyakit yang dideritanya.

Wanita 50 tahun ini kinimenempati rumah kecil di atas bukit Kelurahan Penatoi bersama suami danbeberapa orang anaknya. Rumah ukuran kecil itu mereka  huni sejak 2 tahun lalu. Rumah dan lahan milikmereka di kelurahan lain telah dijual untuk kebutuhan berobat.

Kondisi Asmah semakin harisemakin memburuk. Dalam dua bulan terakhir, Asmah hanya bisa terbaring lemah ditempat tidur menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Perutnya pun semakinmembesar. Sementara beberapa anggota tubuh lain semakin mengecil.

Aljajirah, suami Asmahmengungkap, kanker tersebut mulai menggerogoti enam tahun lalu. Sepanjang waktuitu, mereka sudah maksimal berobat, namun tak ada hasil.

“Payudara sebelah kananterasa sakit, keluar nanah dan darah,” ungkapnya.

Karena kondisi penyakit makimparah, pernah dioperasi pada awal tahun 2020 atau sebelum Virus Corona di RSUDBima. Tapi tidak tak ada hasil, penyakit kanker yang diderita tak kunjungsembuh.

Ketika ada saran untukberobat dan operasi di Mataram, merekapun  berangkat. Namun dari hasil pemeriksaan medis, tidak bisa dioperasi.

Selama 15 hari di Mataram,hanya mengonsumsi obat. BPJS yang sebelumnya diharapkan lebih banyak membantukesembuhan, hanya bisa dimanfaatkan untuk operasi. Sementara untuk beli obat,tetap harus mengeluarkan rupiah dari kantong sendiri dengan jumlah yang tidaksedikit.

“Operasi di Bimawaktu itu memang gratis. Tapi obat, tetap beli. Begitu juga wakytu di Mataram,obat tetap harus beli di luar tanggungan BPJS kesehatan,” akunya.

Waktu berangkat keMataram, Aljajirah mengaku dibantu Pemerintah Kota Bima Rp 3 juta. Bantuan itu habissaat perawatan dan obat-obatan di Mataram.

Saat ini, isterinya harusterus mengosumsi obat untuk meredakan rasa nyeri. Kalau lagi tidak punya uang,terpaksa berobat secara tradisional.

“Mau bagaimana lagi,semua sudah kita jual,” keluhnya.

Ibu tiga anak ini, kini hanyamenanti keajaiban dan belas kasih dari orang-orang yang peduli dengan rasasakitnya. Pun kepada pemerintah setempat juga tetap diharapkan bisa membantulebih banyak, agar derita ini segera berakhir.

Asmah yang coba diajakberbicara tak mampu mengeluarkan sepatah kata. Ia hanya merintih kesakitan danmemberi isyarat ucapan terimakasih kepada media karena sudah berkenan hadir danmelihat kondisinya. (tin)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda